Sunday, October 11, 2009

Diet #7 - Yoyo Effect

 

23 September 2009

Aku baru saja tiba di kost setelah perjalanan pulang yg menyenangkan dari bandara Soekarno-Hatta. Disebut 'menyenangkan' karena sore itu aku melihat pemandangan yg beda setelah sekian lama merantau di kota kosmopolitan ini. Jakarta nyaris kosong melompong. Di beberapa sudut kota aku bahkan melihat sekelompok anak-anak bermain futsal di jalan raya ! Andaikan Jakarta bisa seperti ini setiap hari ...

Tapi pemandangan yg menyenangkan itu seketika berubah jadi horor ketika aku melihat angka yg ditunjuk oleh jarum timbangan itu ...

99 KG !!!!!

Aku bengong sesaat. Aku turun dr timbangan. Terus naik lagi ke timbangan. Turun lagi. Begitu terus sampe 10 menit. Tapi angkanya tetap nggak berubah, karena konon timbangan memang tidak pernah berdusta. Masih 99 kilo ... bahkan kadang kalo aku gerak dikit, jarum timbangan laknat itu ikut bergerak naik ke 99.5 kilo ...

Celaka ... belum ada sebulan sejak aku bersumpah untuk tidak akan pernah melihat angka tiga digit di timbangan itu lagi. Ternyata cuma butuh 5 hari untuk menghancurkan semua usaha yg kulakukan dalam sebulan terakhir ... good job ... bagus sekali nafsu ... ternyata benar apa yg disabdakan Rasulullah : berperang melawan hawa nafsu memang jauh lebih susah dibandingkan berperang melawan orang kafir ataupun perang nuklir ....

---------------

27 September 2009

Badan ini kaku. Sekujur tubuh rasanya remuk. Sudah empat hari sejak aku memulai operasi pengurusan badan level 2. Diet ketat kembali diberlakukan. Porsi gerak tubuh ditambah, kali ini nggak cuma jalan 5 kilometer sehari, tapi plus jogging dari Menteng-Monas tiap hari libur. Apa boleh buat. Sekarang cuma bisa terkapar kelelahan di tepi kolam bundaran HI ... memandang satu per satu manusia ibukota yg lalu lalang menikmati car-free day di bilangan Sudirman-Thamrin pagi ini.

Kulihat satu dua bis kota menurunkan penumpangnya. Andaikan diet bisa seperti itu. Bisa berhenti sesaat, terus ngebut lagi.

Kalo dari berbagai sumber yg (sepertinya) bisa dipercaya di internet, konon aku terkena sindrom efek yoyo yg biasa menyerang para dieters yg nekat coba-coba mangkir dari program dietnya. Sekali nggak bisa menahan nafsu, akibatnya akan langsung terlihat, bahkan bila diukur dengan timbangan rusak sekalipun.

Begitu sampai di kost, aku coba naik ke atas timbangan lagi. 

96 KG ..... 

aku ambruk, terlelap lagi di atas kasur ... keringat membanjir, nyaris kehabisan tenaga ...

----------------

4 Oktober 2009

Tiga hari sebelum ulang tahun ke-28. Dua minggu sebelum lebaran kemarin, aku yakin kalau berat badan bisa sampai 85 kilo waktu ultah nanti. Tapi kenyataan berkata lain. Seminggu terakhir ini berat badan nyaris tidak banyak berubah, dan aku tahu apa sebabnya.

Aku punya kebiasaan untuk berkunjung ke sanak saudara di Jakarta dan sekitarnya setiap kali selesai mudik, dan ini sudah ritual tahunan. Karena acara ini biasa dibarengi dengan pembagian oleh-oleh dari kampung, maka tidak datang berarti dosa. Dan seperti halnya ritual pada umumnya, pasti ada acara perjamuan di dalamnya.

This was the problem .... feast time ...

"Ih kamu kurusan ... tapi kalo di sini dietnya distop dulu yah ...", itulah kata-kata para kakak sepupu ketika aku tiba. Nyaris tidak ada bedanya dengan kata-kata mamah waktu aku mudik dulu. Dan, setelah itu, berbagai makanan bertebaran di depanku, dan seperti biasa, aku tak kuasa menolak ajakan simpatik itu. Maka masuklah amplang, keminting, kue-kue kering, soto, marshmallow dan bergelas-gelas minuman bersoda ke dalam perutku. Anehnya, walaupun sudah terbiasa kosong, tidak ada yg aneh dengan perut ini ketika dijejali dengan makanan dan minuman tersebut.

Dengan demikian, hancurlah sudah teoriku tentang perut yang bisa berubah kapasitasnya ketika sedang diet. Ini masalah mental. Kalau kita bisa menahan diri, niscaya perut pun tidak akan memaksa untuk diisi lebih banyak dari yg seharusnya. Dan sekali saja mengkhianati kedisiplinan itu, perut bisa berubah menjadi mesin giling, apapun bisa masuk ke dalamnya.

Oleh karena itu, setelah semua acara perjamuan itu selesai, aku bisa merasa sedikit lega. Lega karena bisa melanjutkan program diet yg memuakkan ini tanpa harus menolak ajakan makan-makan lagi. Maaf ya kakak-kakak, adikmu ini mungkin tidak akan berkunjung lagi dalam waktu dekat, setidaknya sampai dua bulan ke depan. Ini demi masa depanku juga, kecuali kakak-kakak bisa tidak memaksaku untuk menyantap makanan-makanan penuh kalori itu.

Setelah acara perjamuan, aku masih sempat naik ke atas timbangan ....

94 KG ...

-----------------

11 Oktober 2009

Pusing .... mata berkunang-kunang ..... terutama kalau bangkit dari kasur ...

Sebenarnya aku sempat mengalaminya beberapa kali selama diet, dan berkat novel Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata, aku jadi tahu gejala apa yg saat ini kualami ... Hipotensi alias tekanan darah rendah ...

Konon, gangguan ini terjadi karena darah terlambat disuplai ke otak ketika orang yang bersangkutan bangun dari posisi tidur atau duduk, dan coba tebak, apa keterangan lebih lanjut yang kubaca di Wikipedia ?

HYPOTENSION CAN BE LIFE-THREATENING !

Karena itu, sekarang aku tidak terlalu memforsir diet ini. Makan tetap dibatasi, tapi kalau udah lapar atau kepala mulai pusing, aku tetap makan, tentunya dengan makanan rendah kalori .. karena hipotensi lebih banyak dipacu oleh rasa lapar dan dehidrasi. Toh .. setidaknya berat badan sudah bisa turun stabil lagi seperti sebelumnya.

Sekarang sudah bisa sedikit tersenyum kalo naik timbangan butut ini .... Efek Yoyo sudah berakhir ....

Berat badan terakhir : 92.5 Kg emoticon

 

No comments:

Post a Comment