Tuesday, December 29, 2015

Meteo #23 - Membuat Grafik Running Mean/Moving Average di GrADS

Running mean atau moving average alias rataan berjalan adalah salah satu metode statistik dasar yang banyak digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk meteorologi. Running mean umumnya digunakan untuk melihat pola dari data deret waktu (time series) dengan mengambil nilai rata-rata dalam selang waktu tertentu dari deret waktu tersebut. Bila dibuat dalam bentuk grafik, metode ini akan membuat deret waktu menjadi lebih halus, sehingga pola data akan terlihat jelas, terutama bila data yang dianalisis memiliki variasi yang cukup besar. Semakin panjang periode rata-rata yang kita buat, grafik akan semakin halus.

Untuk membuat grafik running mean di GrADS sebenarnya nggak susah. Berikut ini contoh membuat grafik running mean dari data harian angin meridional (VWND) NCEP reanalysis tahun 2014 pada wilayah 110-115 BT, 0-5 LS.

Pertama-tama, buat grafik time seriesnya dulu.

ga->set display color white
ga->clear
ga->sdfopen vwnd.2014.nc
ga->set x 1
ga->set y 1
ga->set time 01jan2014 31dec2014
ga->d tloop(aave(vwnd,lon=110,lon=115,lat=-5,lat=0))

Perintah 1-2 bisa diabaikan (karena saya lebih suka latar putih dibandingkan hitam). Untuk membuat time series, perintah 4 -7 wajib ada, karena kita akan membuat grafik 1 dimensi sehingga minimal 2 dari dimensi yang ada nilainya harus fixed. Hasilnya akan jadi seperti ini :


Sekarang kita akan membuat running mean dari time series tersebut. Misalnya kita akan membuat running mean setiap 5 hari pada tahun 2014.

ga->define rata2=tloop(aave(vwnd,lon=110,lon=115,lat=-5,lat=0))
ga->d tloop(rata2,t-2,t+2)

Variabel rata2 digunakan untuk menyimpan hasil time series harian yang telah dibuat sebelumnya. Running mean dengan t-2 dan t+2 artinya kita membuat rata-rata dengan periode mulai dari t-2 sampai t+2 dari posisi data saat itu. Karena datanya harian, maka artinya, periodenya dimulai dari dua hari sebelum sampai dua hari sesudah posisi data tersebut. Kalau posisi data saat itu adalah 7 Januari, maka periode running mean adalah dari tanggal 5 - 9 Januari (5 hari). Hasilnya akan jadi seperti ini : 

Grafik running mean (hijau) terlihat lebih halus dari time series awal. Kita bisa membuat grafik lebih halus lagi dengan membuat periode running mean lebih panjang. Dengan cara yang sama, berikut contoh grafik running mean dengan periode 15 hari (t-7,t+7) dan 31 hari (t-15,t+15).


Dari gambar di atas running mean dengan periode 15 hari digambarkan dengan grafik warna kuning, sedangkan 31 hari digambarkan dengan grafik warna merah.

Lalu bagaimana menentukan periode running mean yang paling tepat ? Itu tergantung dari jenis  data dan analisis yang anda inginkan. Misalnya, untuk melihat pola data harian selama setahun, periode running mean 15-30 hari umumnya sudah cukup. Lebih kecil dari itu, maka grafik yang dihasilkan masih memiliki banyak 'noise' (akibat variasi data harian) sehingga sulit dibaca. Sedangkan bila lebih besar dari itu, maka grafik yang dihasilkan akan kehilangan banyak informasi penting (misalnya data ekstrim).

Semoga bermanfaat :-)


Saturday, December 19, 2015

Gunpla #26 - HGUC Jegan ECOAS Type Review


If there's Earth Federation's grunt mobile suit of the UC timeline that stands out above the others, then it should be the Jegan. Firstly featured on the Char's Counter Attack, the mobile suit was given more prominent role on Gundam Unicorn OVA. As the main mass produced mobile suit of the Earth Federation, Jegan has several variants, and one of my favorites is the ECOAS type.

Jegan ECOAS is actually a D-type Jegan used for special task force, hence it has distinct color scheme as well as additional armor, sensors and weapons. The detail of this kit is quite good, even though there are not so many panel lines available. The kit comes with a bazooka, a beam rifle, a shield, and a beam saber with two beam types (long and short). The most distinct feature of this kit is the special visor on the head, which could be switched easily.  Unfortunately, this kit comes with only three types of hands: two standard closed hands and one trigger hand for holding the beam rifle.



Interestingly, Bandai also provides some spare parts for giving more variation to the kit, even though it's not explicitly mentioned on the manual. You have options two use the normal Jegan head crest instead of the visor, extra crotch plate, antenna and head piece with different color scheme as well as the standard cockpit hatch if you choose to remove the chest armor. It's pretty cool !

The articulation of this kit is quite decent for a HG kit. The absence of front skirt armor provides more movement range for the legs. The shoulders has special joints which enable the kit to hold the bazooka without much difficulty. Overall, it's pretty easy to pose this kit with various pose, thanks to the good articulation.



The kit comes with standard marking sticker and foil sticker. There are only foil stickers for the visor, crotch and sensor on the head, which is a good thing in case you hate too many foils. The special markings for ECOAS are also nice and cool. You have options with several number sticker for the kit. Bandai also provide special runner parts to attach unused spare parts such as visors and the hand. It's not so special, but still nice IMHO.


Overall, this is one of the most solid kit of HGUC line I've ever built. So far, I have no problem with falling or loosen parts. Everything has gone smoothly from the building process to the posing, the articulation is nice, the joints are tight and steady, no loose/falling parts, and the accessories are nice (except for the limited hands, of course).

---------------------

RGM - 89De Jegan ECOAS Type

Pros :
  • Nice and quite detailed design
  • Decent articulation
  • Extra optional spare parts
Cons :
  • Only three types of hand provided 

Wednesday, December 9, 2015

Cerita Monbukagakusho #8 - Pengumuman Secondary Screening

Akhir November 2015. 

Menegangkan. Beberapa forum, mulai dari JREF sampai grup Monbusho di FB mulai diramaikan oleh satu topik utama: pengumuman hasil secondary screening.

Sebagian orang optimis, tidak sedikit pula yang harap-harap cemas. Konon, kuota beasiswa MEXT tahun ini akan dikurangi karena perekonomian Jepang sedang tidak baik. Ditambah lagi proyek kereta cepat Jepang di Indonesia yang dibatalkan pemerintah beberapa bulan sebelumnya, membuat para applicant dari Indonesia makin berkeringat dingin, karena berpeluang merusak mimpi mereka dalam meraih beasiswa ke Jepang.

Situasi makin memanas ketika ada kabar kalau hasil secondary screening sudah diumumkan di Yunani. Setelah itu menyusul Argentina, Tunisia, Brazil dan ... Malaysia !! Ungkapan kegembiraan para peserta yang lulus bercampur aduk dengan posting-posting menyesakkan dari sebagian peserta yang kurang beruntung.

Yang bisa saya lakukan cuma berdoa. Mau gimana lagi ? Usaha yg terbaik sudah dilakukan. Apapun hasilnya, saya sudah pasrah. Ini yang selalu saya camkan dalam hati sejak 3 bulan lalu, sejak selesai menyerahkan dokumen secondary screening ke kedubes Jepang bulan September kemarin. Beruntungnya, yang suasana hatinya nggak karuan bukan cuma saya, tapi teman-teman peserta Monbusho juga mengalami hal serupa. Jadilah kami saling menghibur lewat berbagai postingan di FB dan forum lainnya.

7 Desember 2015.

Sejak pagi, perasaan saya nggak karuan. Walaupun sudah berusaha tenang, tetap saja saya tegang menunggu pengumuman secondary screening yang tak kunjung datang. Kayaknya hampir tiap jam saya cek email, kalau-kalau ada 'surat cinta' dari kedubes yang membawa kabar baik. Hasilnya nihil.

Sampai akhirnya, setelah sholat Dzhuhur, sekonyong-konyong masuk email ke inbox.

Pengumuman Hasil Seleksi Akhir Beasiswa MEXT/MONBUKAGALUSHO 2016 Program Research Student

Membaca judulnya saja sudah bikin jantung saya seperti mau meledak. Ini dia. Hasil perjuangan selama hampir setahun akan terlihat sesaat lagi. Saya baca email dengan perlahan. Ternyata hasilnya ada di attachment, dan si pengirim meminta untuk membacanya dengan seksama. Saya download attachment yang berisi daftar peserta yang lulus, dan ...


Alhamdulillah, nama saya ada di sana. Dan tidak hanya itu, nama 34 peserta lain juga bernasib sama. Artinya, tahun ini 100% peserta lulus secondary screening !!

Kami diminta untuk bergabung dengan sebuah grup di FB untuk informasi penempatan universitas, keberangkatan dan lain-lain. Ya, kami masih harus menunggu lagi sampai Januari 2016 untuk pengumuman penempatan universitas sesuai LoA yang sudah kami kumpulkan sebelumnya. Untuk saya pribadi, lolos secondary screening sudah merupakan anugerah tersendiri. Jadi di manapun saya ditempatkan nantinya, entah itu di Todai, Kyodai atau Meidai, sudah tidak jadi masalah.

Allah selalu tahu yang terbaik untuk hamba-Nya :-) 

Monday, December 7, 2015

Gunpla #25 - HGUC GM Custom Review

 


I've been looking for this kit for a long time, and after a brief search on internet, I finally found it at a hobby store in Jakarta, few weeks ago. GM Custom made its appearance on MS Gundam 0083 Stardust Memory OVA as a limited mass produced mobile suit of Earth Federation. The mobile suit designs on the OVA are by far my favorite among other UC time line. Just by looking at it, you can't deny the mobile suit's "badass aura", in spite of the fact that it's just a grunt suit. Since GM Custom is the predecessor of GM Quel, it looks very similar with the later, except for the colors and shoulder design.

 

 

The kit came with a beam rifle, shield, two beam sabers (only one could be mounted at the backpack) and seven types of hand. Yes, there are seven types of hand : two standard closed hands, one right hand for gripping the beam saber, two open palms, one trigger righ hand for holding the rifle and one special left hand for holding the rifle. The decals and stickers are also provided. Quite a lot for a HG. The details also great, as shown by the panel lines on the kit.

 

The articulation is quite limited, as you can expected from a HG kit, especially for the arms, legs and torso. This kit, however, still could do some cool poses :-)

 

This is the second kit that I tried to give custom decals and weathering after GM Striker and Ez-SR. For the decals, I used the original ones provided by the kit, as well as some waterslides from MG Zaku Cannon and several other custom decals. I could say that I'm satisfied with the decaling results. The weathering however, did not end successful. I originally planned to have some chipping effects on some corners of the mobile suit armors with enamel paint and Tamiya Weathering Set, but the lack of painting knowledge gave me a kind of awkward results. I should top coated the kit first before add the weathering. OK ... that's an invaluable experience.

 

My conclusion is, this kit is amazing, especially for the fans of 0083 OVA. It comes with lots of accessories and good decals. Yeah, the kit still has limited articulation, but it's not a big issue since it's a HG. After all, I'm satisfied and recommended this kit, for collectors or even for modelling enthusiasts.

 


------------------

RGM - 79N GM Custom

Pros :
  • Great design, quite detailed.
  • Lots of stuff (accessories and decals)
Cons :
  • Limited articulation
  • Sticker on the crotch (I hate it)  




Friday, October 23, 2015

Meteo #22 - Mungkinkah Kabut Asap dari Kalimantan dan Sumatera Sampai ke Jawa?

Pada tulisan kali ini, saya tidak akan membahas detil tentang apa itu kabut asap, karena sudah terlalu banyak ulasan tentang itu dalam empat bulan terakhir. Mari kita telaah hal yang lebih menarik:

Apakah kabut asap yang berasal dari Kalimantan dan Sumatera bisa sampai ke Jawa ?

Udara di atmosfer bisa dibayangkan sebagai fluida atau cairan. Dan seperti halnya cairan, udara juga mengalir. Bila cairan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, maka udara akan mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke tekanan rendah. Udara yang mengalir inilah yang disebut angin.

Pada saat musim kemarau, radiasi matahari lebih banyak terfokus di wilayah utara Indonesia, sehingga daerah tersebut memiliki tekanan udara yang lebih rendah. Akibatnya udara akan bergerak dari belahan bumi selatan ke utara. Pengaruh rotasi bumi (dalam bentuk gaya Coriolis) akan menyebabkan aliran udara dari selatan khatulistiwa dibelokkan ke kiri, sehingga angin akan menuju ke arah barat laut. Akibatnya, ketika terjadi kebakaran hutan masif di musim kemarau, kabut asap dari wilayah Sumsel akan sampai ke Jambi, Riau hingga negara tetangga. Hal yang sama juga terjadi dengan kabut asap di Kalteng.

Sekarang bagian menariknya :

Pada bulan Oktober, posisi matahari bergeser ke selatan khatulistiwa, menyebabkan wilayah tekanan rendah bergeser ke selatan. Akibatnya, arah angin ikut berubah. Udara yang tadinya bergerak ke utara, mulai berubah arah ke selatan. Dan kabut asap yang tadinya menuju Jambi, Riau, Sumut sampai Singapura dan Malaysia, akan menuju arah sebaliknya, yaitu Lampung dan ... Jawa.

Perubahan ini memang tidak secara mendadak, namun bertahap. Inilah masa transisi, dari musim kemarau ke musim hujan.

Dari hasil prediksi angin di tiap lapisan atmosfer, tampak bahwa walaupun angin permukaan hingga ketinggian 5000 kaki masih dari arah timur-tenggara dan membawa sebagian besar kabut asap bersamanya, namun angin di lapisan atas bertiup dari utara-timur laut.

Dari hasil observasi saya selama mengikuti misi modifikasi cuaca di Sumatera dan Kalimantan, debu dan asap bisa mencapai ketinggian 10000 kaki atau lebih, apabila bercampur dengan awan konvektif yang dipicu oleh pemanasan ekstrim di permukaan akibat kebakaran lahan (awan Pyrocumulus).


Dengan debu dan asap yang mencapai ketinggian 10000 kaki, ditambah lagi angin pada lapisan tersebut yang menuju ke selatan, tidak aneh bila kabut asap bisa mencapai pulau Jawa.


Hal ini tampak pada citra satelit HIMAWARI-8 terbaru pada tanggal 23 Oktober 2015, jam 13:40 WIB :


Bila citra di atas masih kurang jelas, anda bisa mengakses animasinya dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore pada link berikut :

 
Dari citra tersebut, terlihat jelas bahwa kabut asap kecoklatan dari Sumatera dan Kalimantan mulai bergerak ke Jawa. Bahkan asap dari wilayah Ogan Komering Ilir (Sumsel), tampak bergerak ke Jakarta.

Walaupun kondisinya saat ini belum separah Sumatera dan Kalimantan, kabut asap yang 'hijrah' ke Jawa bisa makin memburuk apabila daerah kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan kurang ditangani secara intensif.

Sebagai salah satu anggota tim satgas udara penanganan kabut asap di Kalimantan, saya hanya bisa berharap pemerintah bisa lebih serius menangani musibah ini. Mari kita berusaha dan berdoa agar hujan segera datang dan musibah ini bisa segera berakhir.

Pontianak, 23 Oktober 2015

-AAA-

Thursday, October 1, 2015

Cerita Monbukagakusho #7 - Perburuan LoA

Inilah salah satu tahap yang paling menentukan dalam perjalanan meraih beasiswa Monbusho. 

LoA alias Letter of Acceptance adalah dokumen resmi yang dirilis oleh universitas (diberi stempel fakultas), yang menyatakan kesediaan yang bersangkutan untuk menerima anda sebagai mahasiswanya. LoA merupakan salah satu dokumen berharga, yang menjamin bahwa calon peraih beasiswa memang layak untuk melanjutkan pendidikan di universitas pilihannya.  LoA ini nantinya akan disertakan bersama form aplikasi untuk secondary screening, jadi, sifatnya mutlak harus ada. Konon, kalau sudah memperoleh LoA, separuh kaki kita sudah ada di Jepang ... katanya.

Prosedur untuk memperoleh LoA umumnya bervariasi, tergantung pada kebijakan masing-masing universitas. Biasanya, makin tinggi reputasi universitas (misalnya Todai), LoA ini makin sukar diperoleh. Namun dari pengalaman saya, memperoleh LoA sebenarnya tidak terlalu susah, asalkan tahu triknya. Pada dasarnya, yang perlu kita lakukan adalah meminta professor untuk mengisi form LoA yang sudah disediakan oleh kedubes Jepang. Kedengarannya simpel ya, tapi dalam prakteknya, memperoleh LoA yang sudah diisi professor dan diberi stempel fakultas membutuhkan proses yang cukup memakan waktu.

Untuk kasus saya, perburuan LoA sudah dimulai bahkan sebelum ujian wawancara. Setelah saya lulus ujian tertulis, saya mulai menghubungi professor dari universitas-universitas pilihan saya. Salah satu tujuannya adalah untuk efisiensi waktu. Kedubes Jepang hanya memberi waktu 2 bulan (15 Juli - 15 September) pada pelamar monbusho untuk mengumpulkan LoA. Padahal, professor di Jepang umumnya sangat sibuk, dan mereka bisa menerima ribuan email setiap harinya. Jadi, jangan heran kalau email anda baru dibalas seminggu setelah dikirim, itupun kalau anda mujur. Bahkan ada rekan sesama pelamar Monbusho yang emailnya baru dibalas setelah sebulan. Selain itu, perlu diingat bahwa bulan agustus adalah waktu liburan musim panas di Jepang, jadi bisa saja sang professor tidak membalas email anda karena yang bersangkutan sedang berlibur. Kesimpulannya, waktu 2 bulan yang diberikan kedubes untuk memperoleh LoA sebenarnya sangat singkat. Jadi jangan sampai anda lengah.

Saya mengontak 6 Universitas yang berbeda : University of Tokyo, Kyoto University, Tokyo Metropolitan University, Tsukuba University, Hirosaki University dan Nagoya University. Alhamdulillah, pada akhirnya saya berhasil memperoleh 4 LoA dari 6 Universitas di atas. Banyak cerita unik yang hadir ketika berjuang memperoleh keempat LoA ini.

Berikut cerita perburuan LoA dari universitas-universitas pilihan saya, diurutkan dari yang pertama hingga yang paling belakangan mengirimkan LoA ke saya. 

Kyoto University
Kyoto University (Kyodai), hingga tulisan ini dibuat, adalah universitas terbaik kedua di Jepang. Saya sebenarnya sudah tidak asing dengan Kyodai, karena selain banyak teman di kantor yang jadi alumni kyodai, saya juga biasa bekerja dengan peneliti dari universitas ini dalam beberapa proyek internasional. Selain itu, saya juga pernah mencoba peruntungan meraih beasiswa monbusho via jalur U-to-U di Kyodai pada tahun 2013, yang akhirnya berujung kegagalan karena terbatasnya kuota beasiswa yang tersedia di fakultas. Saya baru mulai menghubungi professor yang dulu pernah menawarkan beasiswa di Kyodai, kurang lebih seminggu setelah pengumuman seleksi wawancara. 10 hari setelah saya mengirim email, beliau akhirnya membalas email saya. Alhamdulillah responnya positif, dan beliau sempat menawarkan apakah mau langsung menjadi mahasiswa S-3. Berhubung saya ingin ada waktu adaptasi, saya mengatakan ingin menjadi research student terlebih dulu.

Untuk memperoleh LoA dari Kyodai (di fakultas yang saya tuju) cukup mudah, saya hanya diminta mengirimkan dokumen-dokumen yang diperoleh dan dicap kedubes (termasuk certificate of primary screening) dalam format PDF ke email beliau. Setelah itu komunikasi sempat terputus karena beliau harus mengikuti seminar di Singapura selama seminggu. Di saat yang bersamaan, saya harus pergi dinas ke Palembang. Alhamdulillah, pada minggu kedua agustus, saya mendapat kabar dari beliau bahwa LoA sudah dikirim ke alamat kantor di Jakarta. Begitu pulang dinas saya memastikannya langsung dan menemukan LoA dalam amplop EMS sudah tergeletak di meja kerja.


Aahh ... Rasanya luar biasa plong setelah menerima LoA pertama ini.
 
Tokyo Metropolitan University
Dari seluruh professor yang saya kontak, professor dari Tokyo Metropolitan University (TMU) adalah yang paling saya kenal. Saya sering bertemu beliau ketika mengikuti seminar/workshop di Jepang sebagai sesama oral presenter. Beliau biasanya mentraktir saya dan mahasiswa-mahasiswanya setelah seminar. Jadi bisa dibilang hubungan saya dengan beliau sudah lumayan akrab. Selain itu beliau juga pernah menawarkan beasiswa ke saya pada tahun 2012, yang sayangnya juga berujung kegagalan karena terbatasnya kuota yang ada. 

Alhamdulillah, beliau dengan senang hati akan mengisikan LoA untuk saya. Namun, untuk memperoleh LoA dari universitas ini, saya terlebih dahulu harus menghubungi International Affair Office TMU dan diminta mengirimkan dokumen-dokumen dari kedutaan via email seperti halnya yang saya lakukan untuk memperoleh LoA dari Kyodai. Prosesnya sedikit lebih ribet, karena pihak universitas akan melakukan semacam screening sebelum memberikan LoA untuk saya. Kesimpulannya, untuk memperoleh LoA dari TMU, tidak cukup hanya menghubungi professor saja.

Pada minggu kedua agustus, saya diinfokan bahwa LoA sudah siap dikirimkan ke Jakarta. Alhamdulillah, seminggu kemudian, LoA dari TMU sudah sampai di kosan saya :-)

Nagoya University
Cerita paling menarik dalam perburuan LoA ini mungkin datang dari Nagoya University (Meidai).

Saya sebenarnya mengontak Meidai awalnya 'hanya' sebagai cadangan (no offense ya), sebab hingga minggu kedua agustus saya belum memperoleh satu LoA pun. Saya baru menerima balasan email dari professor di Meidai setelah memperoleh LoA dari Kyodai dan TMU. Beliau ternyata telah pensiun bulan april lalu, dan menawarkan saya ke professor lain di labnya. Professor yang menerima tawaran tersebut awalnya bertanya beberapa hal tentang tema riset saya, dan setelah bertukar email, beliau ternyata sangat antusias dengan proposal riset saya. 

Nah, salah satu kebiasaan jelek saya adalah suka menggap remeh kalau sudah merasa aman (jangan ditiru ya). Jadi, begitu sudah memperoleh 2 LoA di tangan, saya tidak terlalu antusias mencari LoA lagi. Padahal, Meidai adalah universitas terbaik ketiga di Jepang. Pertimbangan lainnya, saya sudah mengontak 6 universitas, dan saya khawatir kalau mendapat lebih dari 3 LoA, saya harus membuang salah satunya.

Di luar dugaan, professor di Meidai terus mencoba menghubungi saya via email, sampai beliau berkata, kalau perlu beliau akan bicara dengan staff kedubes Jepang supaya saya memasukkan Meidai ke dalam preference form (daftar universitas pilihan). Saya jadi merasa bersalah menganggap remeh tawaran beliau, dan akhirnya serius meminta LoA dari Meidai. Terlebih lagi, riset yang ditawarkan beliau bisa dibilang sangat menarik serta sesuai dengan minat dan bakat saya. Akhirnya, pada akhir minggu pertama september, saya mengirimkan seluruh dokumen yang dibutuhkan ke email beliau, dan beliau menjanjikan akan mengirimkan LoA dalam tempo satu minggu. Luar biasa !!

Setelah mengirimkan dokumen via email dan bertukar email dengan seorang staf fakultas, akhirnya LoA saya siap dikirim, dan sampai ke alamat kosan tepat di hari terakhir penyerahan LoA ke kedubes. Kalau dilihat dari prosesnya mulai dari pengiriman dokumen hingga memperoleh LoA, Meidai adalah yang tercepat dibanding universitas lain yang saya kontak.

Tapi cerita tentang LoA dari Meidai belum berakhir. Kelanjutannya akan saya ceritakan setelah kisah LoA terakhir di bawah ini.

University of Tokyo
Siapa yang tidak kenal University of Tokyo (Todai) ? Universitas ini adalah yang terbaik di seantero Jepang, dan dijuluki sebagai "Harvard-nya Asia". Jadi nggak aneh kan kalau saya menempatkan Todai di urutan pertama dalam daftar universitas pilihan saya? Saya sendiri sudah mengontak professor di Todai sejak lulus tes tertulis, dan setelah beberapa kali bertukar email, beliau antusias menerima saya di labnya, tentunya kalau saya berhasil memperoleh beasiswa monbusho.

Dari seluruh universitas pilihan saya, LoA dari Todai adalah yang paling susah, yang paling mahal dan yang paling belakangan saya peroleh. Selain menghubungi professor, saya juga harus mengontak International Liaison Office Todai dan harus mengisi form aplikasi khusus lalu mengirimkan dokumen-dokumen tersebut via email ... dan POS ! Todai nantinya akan melakukan seleksi dokumen pada aplikasi yang saya kirimkan. Oh iya, saya belum bilang kalau research student di Todai nantinya harus memberikan sertifikat TOEFL dan GRE kalau sudah diterima (duh ..). Berhubung saat itu saya sedang dinas dan tidak ada waktu ke kantor pos, akhirnya saya menggunakan jasa DHL yang bisa menjemput dokumen di tempat kita. Butuh ongkos 450 ribu rupiah untuk mengirimkan dokumen aplikasi yang beratnya tidak sampai sekilo dari Palembang ke Tokyo.

Form Aplikasi Todai

Setelah dokumen saya diterima di Todai, staf Liaison office mengatakan bahwa hasilnya akan diumumkan tanggal 15 September. Lha itu kan deadline penyerahan LoA ke kedubes ??  Saya sempat panik, tapi akhirnya, setelah berkomunikasi dengan pihak Todai dan kedubes, saya diijinkan mengirimkan LoA ke kedubes setelah deadline, tentunya dengan menyertakan bukti komunikasi dengan Todai (via email) yang menyatakan bahwa LoA tidak bisa diperoleh lebih cepat dari deadline.

Setelah menunggu kurang lebih 1 bulan, tanggal 15 September pagi hari, akhirnya saya diberi kabar lewat email kalau saya lolos screening Todai, dan berhak menerima Certificate of Acceptance (CoA). Yah, ini CoA bukan LoA seperti universitas yang lain, tapi fungsinya kurang lebih sama. Kenapa Todai beda sendiri ? Entahlah.

Alhamdulillah. Kurang lebih seminggu setelah pengumuman, CoA dari Todai sudah sampai ke alamat saya.

Hirosaki University
Saya mengontak professor di Hirodai yang juga menjadi supervisor salah seorang kenalan saya di LAPAN. Entah kenapa, hingga tiga minggu tidak ada balasan. Awalnya saya kira beliau sedang ada kunjungan ke luar negeri atau berlibur. Iseng, saya coba kontak rekan saya tersebut untuk menanyakan perihal sensei-nya, dan akhirnya saya tahu alasannya. Ternyata professor yang saya kontak saat ini sedang dalam keadaan sakit yang cukup parah. Akhirnya saya putuskan untuk melepas Hirodai dari daftar universitas pilihan saya. Semoga cepat sembuh ya prof.

Tsukuba University
Profesor dari Tsukuba University juga adalah supervisor kenalan saya di kampus ITB. Kebetulan tema risetnya match dengan saya, sekalian saya lampirkan makalah ilmiah yang pernah saya buat. Responnya ? Katanya dengan modal makalah ilmiah yang sudah saya buat tidak cukup untuk menjadi PhD di labnya, dan beliau kurang yakin saya bisa beradaptasi dengan lingkungan di Jepang (padahal saya sudah beberapa kali ke Jepang). Beliau juga ingin bertemu dulu dengan saya bulan oktober nanti, ketika berkunjung ke ITB. Intinya, saya ditolak nih .. ya sudahlah. Akhirnya Tsukuba-dai saya lepas.

----------

Sesuai dengan peraturan MEXT, pelamar beasiswa monbusho bisa mengirimkan maksimal 3 LoA (dan minimal 1 LoA), sesuai dengan universitas pilihannya. Awalnya saya hanya menargetkan Todai, Kyodai dan TMU sebagai pilihan no 1-3, tapi berhubung saya kurang yakin dengan peluang di Todai dan hingga pertengahan agustus saya belum mendapat 1 LoA pun, akhirnya saya cari backup universitas lain seperti yang telah diceritakan di atas. Itu artinya, ada peluang memperoleh lebih dari 3 LoA, dan kalau itu terjadi, akan ada LoA yang harus 'tereliminasi' karena hanya 3 LoA yang boleh diserahkan ke kedubes.

Ketika saya memperoleh LoA dari Kyodai dan TMU, staff kedubes meminta saya menyerahkan keduanya berserta preference form, LoA terakhir boleh menyusul. Akhirnya, di minggu terakhir agustus, saya menyerahkan 2 LoA dan preference form ke kedubes. Ini salah satu alasan saya awalnya ogah mengejar LoA dari Meidai, karena target LoA terakhir adalah Todai yang jadi pilihan pertama saya.

Tapi, setelah berkonsultasi dengan rekan-rekan di FB, blog dan forum monbusho, saya mulai mengerti mekanisme penempatan universitas untuk para peraih beasiswa monbusho. Kasus yang sering terjadi, MEXT lebih suka menempatkan peraih beasiswa di universitas nasional dibandingkan universitas publik atau swasta. Salah satu pertimbangannya adalah budget, di mana biaya kuliah di universitas nasional lebih murah dibandingkan publik atau swasta. Intinya, kalau pilihan kita universitas nasional semuanya, peluang lolos lebih besar. Bila dilihat dari pilihan saya, Todai dan Kyodai adalah universitas nasional, sedangkan TMU adalah universitas publik. Karena Todai dan Kyodai adalah universitas favorit (banyak banget pesaingnya), kemungkinan buruk yang bisa terjadi, saya akan ditempatkan di TMU, atau yang paling buruk, saya nggak dapat universitas karena alasan kalah bersaing dan kurang budget.

Kalau begitu, saya perlu revisi pilihan universitasnya. Todai dan Kyodai nggak akan mungkin saya eliminasi, karena tema risetnya sudah pas banget. Lagian gila aja ngebuang LoA dari Todai atau Kyodai, si no.1 dan 2 di Jepang. Tinggal TMU dengan Meidai yang tersisa. Kalau TMU, saya udah cincai dengan sensei-nya, dah kayak om sendiri. Tapi, Meidai itu salah satu universitas nasional terbaik di Jepang, dan tema risetnya sudah klop banget dengan saya, walaupun belum pernah ketemu senseinya. Bingung jadinya.

Setelah berpikir siang malam, akhirnya saya putuskan untuk mengubah pilihan menjadi : Todai, Kyodai dan Meidai.

TMU tereliminasi (maaf ya Matsumoto-sensei ...)

Pilihan yang berat, tapi harus dilakukan demi mengamankan peluang beasiswa. Masalahnya, apakah bisa mengganti LoA dan preference form yang sudah diserahkan ke kedubes? Tanggal 22 September, saya coba tanyakan perihal tersebut lewat email ke kedubes. TERNYATA BISA, maksimal sampai tanggal 25 September. Karena kebetulan sedang bertugas di bandara Halim, tanpa menunggu lagi saya langsung minta ijin dan melesat ke kedubes yang jaraknya cuma 1 km dari kantor Thamrin, dan mengganti LoA beserta preference form yang sudah saya serahkan ke kedubes.

Alhamdulillah, staf kedubes benar-benar kooperatif dengan pertanyaan dan request saya selama ini, mulai dari tahap seleksi dokumen sampai perburuan LoA :-)

Tanggal 23 September, saya menyerahkan LoA dan preference form final ke loket bagian pendidikan kedubes Jepang. Sebelum odner berisi dokumen LoA berpindah tangan ke staf kedubes, sempat terbisikkan doa sederhana,

"Bila memang sudah jalan hamba sekolah di Jepang, mohon mudahkan lah Ya Allah ..."

15 Juli - 23 September 2015, butuh waktu dua bulan lebih untuk berburu semua LoA itu. Inilah ikhtiar terakhir yang saya lakukan dalam rangkaian seleksi beasiswa monbusho tahun ini. Sekarang tinggal waktunya berdoa dan menunggu hingga akhir tahun sampai pengumuman hasil secondary screening MEXT.

Saya pun berjalan keluar dari pintu baja kedubes Jepang dengan tersenyum.

Mission accomplished.