Rabu, 6 Januari 2016, mungkin akan jadi salah satu hari yang paling saya ingat seumur hidup. Hari itu, saya mendapat kabar gembira dan kabar duka sekaligus.
Kabar dukanya, putri bapak penjaga kos meninggal di RSCM setelah berjuang kurang lebih sebulan, akibat penyakit anemia aplastik yang konon tergolong salah satu penyakit langka. Saya sebenarnya tidak begitu sering bergaul dengan almarhumah, tapi lumayan akrab dengan bapaknya. Sebagai salah satu penghuni kos paling lama, saya menyaksikan anak itu tumbuh dari awal masuk SD, sampai akhirnya terakhir kali bertemu ketika hendak dibawa ke rumah sakit akhir Desember lalu. Jadi, terus terang saya kaget dan setengah nggak percaya waktu kabar duka itu datang.
Kabar gembiranya, akhirnya pengumuman penempatan universitas dari kedutaan/MEXT dirilis. Saya termasuk dalam 31 orang yang mendapatkan pengumuman gelombang pertama. Sisanya yang 4 orang menunggu pengumuman gelombang kedua. Dan universitas yang menjadi tempat saya riset dan menempa ilmu adalah ... University of Tokyo (Todai) !
Jujur saja, saya menerima hasil pengumuman ini dengan sedikit rasa takut dan cemas. Hingga tulisan ini dibuat, saya belum menerima konfirmasi apapun dari Todai maupun profesor saya. Padahal beberapa rekan yang juga diterima di Todai (tapi beda fakultas) mengaku sudah dihubungi untuk akomodasi di Tokyo. Dan menurut beberapa sumber, akomodasi adalah salah satu hal terpenting yang harus segera diurus bila ingin sekolah di Jepang, terutama Tokyo yang biaya hidupnya selangit. Selain itu, saya juga termasuk sebagian awardee monbusho yang tidak mendapat kursus bahasa Jepang, mungkin karena kelas doktor yang saya incar hanya menggunakan bahasa Inggris.
Nevertheless, saya tetap senang dengan hasil penempatan ini. Itu artinya separuh mimpi saya untuk sekolah di Jepang sudah tercapai.
Tanggal 10 Januari 2016, saya dikirimi "Individual Acceptance Certificate" oleh kedubes Jepang. Saya belum tahu persis apa kegunaan dokumen ini, tapi tampaknya ini adalah semacam sertifikat yang menandakan kalau kita sudah resmi menjadi penerima beasiswa MEXT.
Pengumuman penempatan universitas ini bisa dibilang adalah tahap akhir dari proses seleksi monbusho tahun 2015. Setelah proses yang cukup melelahkan sejak April 2015, akhirnya saya sudah hampir sampai garis finish, setidaknya untuk tahap perburuan beasiswa.
Perjuangan berat berikutnya sudah menanti, mulai dari mengurus dokumen kepindahan dari Indonesia ke Jepang, mengurus paspor, visa dan resident document istri yang akan menemani saya selama studi dan tentu saja: saya masih harus mengikuti test GRE dan test masuk untuk program PhD Todai tahun depan.
Benar-benar tugas berat, tapi ini lah jalan yang sudah saya pilih, dan Alhamdulillah, Allah memberikan kemudahan untuk saya sejak awal pendaftaran beasiswa hingga pengumuman akhir, Jadi saya akan habis-habisan tahun ini untuk mencapai semua yang sudah saya cita-citakan sebelumnya: menjadi seorang PhD dari Todai, perguruan tinggi terbaik di Asia.
Terima kasih untuk istriku tersayang, Firdana Ayu Rahmawati, yang sejak awal sudah mendukung dan rela mengorbankan karirnya untuk menemani studi ke Jepang. Semoga cita-cita kita tercapai ya sayang ...
Tak lupa juga ucapan terima kasih untuk kedua orang tua dan adik-adikku terkasih, untuk semua doa yang dicurahkan sejak awal hingga akhir. Maafkan anakmu/kakakmu ini, sudah jarang pulang kampung, malah sekarang mau merantau jauh lagi ...
Terima kasih juga untuk para atasan saya di UPT Hujan Buatan BPPT: Pak Erwin, Pak Seto dan Pak Heru yang selalu mendukung rencana studi saya ke Jepang.
Dan tentu saja, terima kasih untuk semua teman-teman yang selalu mendukung dan menjadi tempat konsultasi sekaligus tempat curhat saya selama proses aplikasi beasiswa monbusho.
Banzai !! :-)
No comments:
Post a Comment