Friday, June 20, 2008

Setelah Upgrade ke Firefox 3 ...

Download di Megaupload tanpa Megaupload toolbar

Berikut beberapa hal yg gw rasakan setelah 2 hari upgrade ke firefox 3 :

  1. Startup Firefox (sedikit) lebih cepat.
  2. Sebagian besar extension nggak bisa dipakai karena nggak kompatibel. Update extension masih belum banyak.emoticon
  3. Skrg download lewat Megaupload udah nggak perlu megaupload 'suck' toolbar emoticon. Gw udah disable megaupload + gw enyahkan dr toolbar, tp gw masih bisa download file.
  4. Ada fasilitas penyimpanan tab kalo mau keluar firefox. Sangat bermanfaat, terutama kalo habis uninstall add-on, tanpa harus takut kehilangan tab emoticon.
  5. Browsing (sedikit) lebih cepat tanpa harus pake extension seperti fasterfox.
  6. Pengaturan bookmark dan history lebih bagus.
  7. Plug-ins yg terinstall udah bisa dilihat di jendela add-ons emoticon.
  8. Sudah ada fitur master password untuk keamanan password website yg tersimpan. Cool. emoticon.
  9. Perbaikan sistem cache. Gw nggak tau persis gimana prosesnya, tp yg jelas cache dr situs-situs kayak youtube atau ehm ... redtube, udah bebas diakses. Jadi lebih gampang download flv/streaming media emoticon.
  10. Toolbar icon lumayan keren.
  11. Auto search + bookmark lewat Address bar. Keren, tp kadang bikin bingung jg.
  12. Setelah Memory dan Disk Cache, sekarang ada pula Offline Cache. Gw masih belum ngerti gunanya.
  13. Ada tab baru di menu Option, pengaturan aplikasi untuk buka file melalui firefox. Ini juga keren.
  14. Hhhhh ?? Address bar di Pop-up window emoticon ?
Hmmm ... kita tunggu apalagi fitur keren yg akan muncul.

Thursday, June 12, 2008

Di Antara Kalian

by d'Masiv

                         Dm 
Ku akui ku sangat sangat menginginkanmu
F                        C           G
Tapi kini ku sadar ku di antara kalian
Dm          Em               F                 G
Aku ... tak mengerti ... ini semua harus terjadi ...

Am                       Dm
Ku akui ku sangat sangat mengharapkanmu
F                       C         G
Tapi kini ku sadar ku tak akan bisa
Dm          Em               F                 G
Aku ... tak mengerti ... ini semua harus terjadi ...

Reff :

F/Dm  G      C       F
Lupakan aku, kembali padanya
Dm       E       Am         G
Aku bukan siapa-siapa untukmu ...
F/Dm    G     C           F
Ku cintai mu, tak berarti bahwa
Dm       E               F
Ku harus memilikimu selamanya ...

-------------

Dasar kalian d'Masiv ! Kok bisa sih lagu hits kalian (tiga-tiganya) pas banget dengan kondisi gw sekarang .... T_T *sob-sambil angkat dua jempol-sob*

Tuesday, June 10, 2008

Cara Switchback Dari Yahoo! Mail Beta ke Classic Secara Permanen

Page copy protected against web site content infringement by Copyscape

Nggak usah panjang-panjang ya postingannya emoticon. Sudah malam soalnya.

Mungkin ada yg udah pernah pake Yahoo! Mail Beta. Gimana kesannya ? Inovatif ? Keren ? Nggak perlu repot buka Yahoo Messenger lagi ?

Kalo sy mah kesannya cuman satu : LAMBAT.

Nggak peduli sekeren apapun tampilannya, kalo aksesnya jadi tambah lambat ya nggak ada gunanya. Konyolnya, kok malah iklan-iklannya Yahoo! munculnya lancar, tanpa ada masalah apapun. Kadang waktu iklan udah muncul, emailnya malah nggak muncul dan hanya menyisakan pesan menyebalkan kayak berikut :

Mail appears to be taking longer to load than usual.
This could be a temporary glitch. Try refreshing your page. Or for this session only, click here to see if Mail Classic loads faster.

Buat yg udah sebal sama Mail Beta mungkin pernah berpikir untuk beralih lagi ke Mail Classic secara permanen. Sekali anda beralih ke Mail Classic, tiap kali login anda tetap akan masuk ke Mail Classic. Anda masih bisa pindah ke Mail Beta sewaktu-waktu. So ... don't worry that you can not access Mail Beta in the future. It's safe.

 

 

Ada dua cara yg bisa digunakan :

  1. Cara paling gampang, menggunakan menu Options --> Switch to Yahoo! Mail Classic (di sebelah kanan atas panel). Kalo cara ini gagal karena Yahoo! Mail Beta yg kelewat lambat, anda bisa pake cara kedua.
  2. Menggunakan link 'rahasia' berikut : http://us.mg1.mail.yahoo.com/dc/optout?script=no .
Bila ada pertanyaan "Do you really want to opt out ?", klik Yes, dan anda akan langsung diarahkan ke halaman Yahoo! Mail Classic. Jangan lupa, anda sudah harus Sign-In dulu sebelum menggunakan link di atas.

--------------

Sumber : Yahoo.com. Semoga bermanfaat emoticon .

 

Tuesday, May 27, 2008

PIO Mode - Ketika Proses Baca dan Tulis (Burn) DVD/CD Lambat

Page copy protected against web site content infringement by Copyscape

Heh ... akhirnya nulis tentang IT lagi, padahal kemarin bilangnya mau ngurangin tulisan tentang IT. Emang gitu sih resikonya kalo sehari-hari 'bergaul' dengan PC. Kalo nemu sesuatu yg baru (apalagi yg jarang diketahui orang) bawaannya pingin ditulis di blog mulu. Tulisan kali ini bermula dari pengalaman beberapa jam yg lalu, waktu saya lg ngebakar (burn) DVD buat backup file-file penting. Kita share aja lah ya ... semoga berguna kalo anda kebetulan juga mengalami masalah yg sama dengan yg saya alami saat itu emoticon.

Anda mungkin sudah tau DVD, salah satu media penyimpanan data yg populer saat ini. Sebuah DVD single-layer konon bisa menyimpan data hingga 4.7 GB atau sebanding dengan (lebih dari) 6 CD ukuran 700 MB. Dengan kapasitas sebesar itu, tidak aneh bila DVD sering digunakan untuk menyimpan data berukuran 'jumbo' misalnya video, installer program, musik dan lain-lain. Saya juga termasuk orang yg suka membuat cadangan data-data dalam bentuk DVD untuk berjaga-jaga kalo suatu saat PC saya ngadat.

Nah, cerita ini bermula tadi pagi, selepas subuh ketika saya lg kepingin mem-backup beberapa game saya (ehm .. maklumlah, namanya jg gamer). Setelah DVD-R dimasukkan ke DVDRW drive, mulailah saya memilah-milah game apa yg akan dibakar ke DVD (saya pake Nero 6). Setelah ukuran file yg mau dibakar sudah mendekati 4.7 GB, proses burn pun dimulai. Awalnya nggak ada yg aneh, sampai saya sadar kalo proses burning-nya berjalan lambat ... sangat lambat. Walaupun curiga, saya tetap 'setia' menunggu sampai proses pembakaran DVD selesai.

Penjaja sarapan udah pada pulang, berganti penjaja sayuran, teman-teman sekost pun udah pada pergi kerja dan ibu-ibu udah mulai berisik dengan gosipnya di belakang kamar gw, tp proses burning belum juga tuntas. Apa gerangan yg terjadi dengan DVD writer-ku ? Perasaan kemarin-kemarin nggak begini lambatnya. Saat itu saya langsung ingat kalo kemarin saya sempat menyalin film dokumenter dari DVD ke harddisk, juga dalam waktu yg sangat lama, kurang lebih setengah jam baru rampung. Hmmm ... pasti ada sesuatu dengan DVD drivenya. Tapi apanya yg bikin lambat ? Optik kotor ? Laser bermasalah ? Motor DVD writer aus ? Power supply lemah ? Belum selesai saya berpikir dengan berbagai kemungkinan yg ada, proses burn akhirnya selesai. Buset ! Sampe satu setengah jam baru beres !

Proses investigasi pun dimulai. Awalnya saya cek software pembakarnya, Nero. Nggak ada yg aneh. Saya memang selalu membakar data di DVD/CD dengan setengah kecepatan maksimum (misal DVD punya kecepatan rekam maks 16X, saya cuma akan pakai kecepatan 8X) untuk mencegah error yg mungkin terjadi pada saat burning. Kali ini saya cuman pake kecepatan rekam 4X. Kalo dihitung, berarti kecepatannya 4 x 1.35 MBps = 5.4 MBps. Kalo kapasitas DVD yg mau dibakar 4.7 GB, berarti setidaknya waktu yg dihabiskan untuk merekam seluruh data adalah 4700/5.4 MBps = 870.4 s = 14.5 menit ! Lah, terus ngebakar sampe 1.5 jam itu gara-gara apa ?

Tadinya saya pikir masalah ada di perangkat keras, dalam hal ini DVD writernya. Tp nggak ada salahnya toh kalo kita cari kemungkinan lain. Saya pun mencoba membaca data DVD dalam lingkungan sistem operasi lain. Anehnya, kalo dipake buat menyalin data DVD dari Linux (saya pake Ubuntu), kecepatannya normal-normal aja, nggak lambat. Kecurigaan pun beralih ke Windows XP. Setelah beberapa menit mengutak-atik device manager, arkhirnya ketemu juga biang keladinya. PIO mode di IDE ATA/ATAPI Controller. Setelah mode controller-nya diubah ke DMA, akhirnya masalah terselesaikan. Proses baca tulis DVD pun jadi jauh lebih cepat.

Apa itu PIO dan DMA mode ?

PIO (Programmed Input/Output) adalah metode transfer data antara CPU (Central Processing Unit a.k.a processor) dan perangkat lain, misalnya kartu jaringan atau media penyimpanan ATA (Advanced Technology Attachment) seperti harddisk atau DVD/CD drive. Pada saat transfer data dengan metode PIO, CPU akan digunakan sepenuhnya, misalnya pada saat proses baca tulis harddisk, CD atau DVD. Penggunaan resource CPU secara berlebihan ini akan mengakibatkan program/data lain menjadi sukar atau tidak dapat dijalankan sampai proses transfer data selesai. Selain itu, karena CPU harus 'ikut campur' mengatur lalu lintas tiap data antar media, proses transfer data akan berjalan sangat lambat. Metode ini umumnya dipakai pada PC-PC lawas, saat sistem operasi multitasking seperti Windows atau Linux belum sebeken sekarang.

Pada PC modern, metode transfer DMA (Direct Memory Access) mulai diperkenalkan. DMA memungkinkan tiap perangkat PC untuk melakukan transfer data tanpa harus membebani kinerja CPU. Jadi misal ada data mau disalin dari DVD ke harddisk, CPU hanya akan menyediakan 'jalannya' saja, tanpa harus ikut campur melakukan transfer data antar media. Urusan transfer data, biarlah harddisk dan DVD drive yg mengurusinya, sehingga CPU bisa digunakan untuk melakukan tugas (task) lain, misal membaca file musik, memutar video dll. Umumnya, media penyimpan data yg sudah mendukung DMA, seperti harddisk atau DVD/CD drive, akan dilengkapi dengan memori lokal, yg disebut buffer. Buffer inilah yg akan berinteraksi dengan memori utama/RAM (Random Access Memory) dan buffer pada perangkat lain. Karena kecepatan transfer antar memori jauh lebih cepat dibandingkan transfer pada media I/O biasa, maka bisa ditebak, kecepatan transfer data antar media dengan metode DMA akan jauh lebih cepat dibandingkan dengan PIO.

Cara Mengetahui/Mengubah Setting IDE ATA/ATAPI Controllers

Klik kanan ikon My Computer di desktop, lalu pilih Properties. Pilih tab Hardware di jendela System Properties, lalu klik Device Manager. Anda juga bisa mengakses Device Manager melalui Start Menu --> Control Panel --> System --> Hardware --> Device Manager. Setelah jendela Device Manager terbuka, expand (klik tanda '+') di depan IDE ATA/ATAPI Controllers. Selanjutnya pilihlah salah satu Channel yg ada, Primary atau Secondary IDE. Ini tergantung pada posisi kabel ATA tempat anda memasang harddisk atau CD/DVD drive. Kalo misal anda pasang DVD drive di primary master (keliatan pada waktu booting atau lewat BIOS), berarti pilih Primary IDE channnel. Tapi ini nggak perlu dipermasalahkan, pokoknya klik aja dulu salah satu channel, mau primary atau secondary nggak masalah.

 

Begitu jendela primary/secondary IDE channel terbuka, klik tab Advanced Settings. Biasanya akan ada dua device di sana, Device 0 (Master) dan Device 1 (Slave). Kalo nggak mau bingung, perhatikan aja bagian Current Transfer Mode (CTM ~ bukan obat tidur loh ya ^^). Kalo CTM punya keterangan 'Not Applicable', berarti memang nggak ada media (harddisk/dvd/cd drive) yg dipasang di sana. Cari aja CTM yg keterangannya DMA atau Ultra DMA atau PIO. Kalo di Primary IDE channel nggak ada, coba cari di Secondary IDE channel.

 

Kalo anda ngeliat ada CTM yg keterangannya PIO, pilihlah Transfer Mode di atas CTM dari 'PIO Only' menjadi 'DMA if Available'. Setelah itu restart PC anda, dan transfer mode kini akan berubah PIO ke DMA.

Gimana kalo CTM punya keterangan 'PIO' padahal Transfer Mode-nya sudah 'DMA if available' ? Ubah dulu transfer mode ke 'PIO Only', terus klik OK (tanpa restart). Habis itu ulangi lagi, ubah transfer mode dari 'PIO Only' ke 'DMA if available', lalu restart.

Metode Transfer PIO Nggak Mau Berubah ke DMA setelah Restart ?

Di sini serunya. Anda udah berkali-kali mengubah transfer mode ke DMA, tapi kok habis restart, transfer mode-nya balik lagi ke PIO ? Umumnya ini terjadi pada IDE channel yg dipasangi CD/DVD drive. Nanti akan saya jelaskan sebabnya. Sekarang, buka lagi jendela Device Manager, kembali ke bagian IDE ATA/ATAPI controllers, lalu pilih IDE channel yg nggak mau diubah ke DMA tadi. Habis itu klik kanan si IDE channel tadi, dan pilih Uninstall, lalu restart PC seperti tadi.

 

Nggak usah takut, sistem Plug and Play Windows akan mendeteksi ulang IDE channel yg diuninstall tadi secara otomatis setelah restart, dan Windows akan menginstall sendiri driver untuk IDE channel tersebut. Setelah proses re-install, coba cek lagi transfer mode di IDE channel tadi. InsyaAllah, transfer mode-nya sudah pindah ke DMA atau Ultra DMA.

Kenapa PIO Nggak Bisa Berubah ke DMA atau DMA Berubah Sendiri ke PIO ?

Ini pertanyaan yg sempat bikin saya penasaran (walaupun saya sudah berhasil mengubah PIO ke DMA). Setelah Googling sebentar, akhirnya saya tau alasannya.

Di situs resminya, Microsoft menjelaskan bahwa sebenarnya Windows akan mengaktifkan DMA secara default pada kebanyakan perangkat ATA/ATAPI (IDE). Hanya saja ada tapinya. Windows akan mengubah mode transfer dari DMA ke PIO secara otomatis demi kestabilan sistem, apabila :

1. Ada penggunaan perangkat ATAPI selain CD-R/RW atau DVD-R/RW.
2. Fasilitas DMA dari perangkat ATA/ATAPI mengalami masalah.
3. Terdapat chipset perangkat IDE yg menyebabkan korupsi data (data corruption).
4. Terjadi kesalahan (error) yg berulang-ulang pada transfer DMA.

Penyebab yg terakhir (no.4) mungkin yg paling menarik untuk diulas. Menurut Microsoft, Windows XP akan mengubah mode DMA ke PIO apabila terjadi kesalahan dalam jumlah tertentu pada saat transfer data. Untuk mode DMA, bila terjadi lebih dari 6 kali kesalahan pada saat transfer data, mode transfer akan langsung berubah ke PIO.

Kalo kebetulan perangkat mendukung mode Ultra DMA (UDMA), maka setiap lebih dari 6 kali kesalahan CRC (Cyclic Redundancy Check-error yg umum terjadi ketika CD/DVD drive gagal membaca data pada kepingan CD/DVD) mode UDMA akan diturunkan 1 tingkat. Jadi misal tadinya Ultra DMA mode 5, setelah 7 kali CRC error, modenya akan 'turun kelas' jadi UDMA mode 4. Begitu seterusnya, sampe UDMA 0. Kalo sudah UDMA 0 masih terjadi CRC error sampai lebih dari 6 kali, modenya turun lagi ke PIO.

Dan-demi kestabilan sistem tadi-kalo modenya sudah berubah jadi PIO, pengguna sudah nggak bisa mengubahnya ke DMA atau UDMA. Kecuali, pengguna meng-uninstall dan me-reinstall perangkat tersebut, seperti yg sudah saya tuliskan di atas.

Jadi terjawab sudah, kenapa mode DMA/UDMA bisa berubah sendiri ke PIO. Penyebabnya karena CRC error tadi. Makanya jangan suka masukin CD/DVD sembarangan ke CD/DVD drive. Misalnya anda menyalin data dari DVD/CD ke harddisk dan kebetulan CD/DVD-nya jelek, tergores, kena minyak atau apalah yg bikin proses copy gagal, saat itulah CRC error terjadi. Error ini juga biasa terjadi bila CD/DVD drive mencoba membaca CD/DVD bajakan atau CD/DVD kualitas rendahan. Makin banyak CRC error, mode transfer data akan terus turun dan kecepatan baca tulisnya juga merosot drastis. Mungkin itu sebabnya sering ada klaim kalo CD/DVD bajakan bisa bikin CD/DVD drive lambat, motornya aus atau rusak, padahal sebenarnya transfer mode-nya aja yg berubah dari DMA ke PIO.

Jadi kalo anda merasa ada penurunan kinerja atau kecepatan baca-tulis CD/DVD, sebaiknya coba cek dulu transfer mode-nya. Kalo memang udah pake DMA/UDMA tapi kecepatan masih lemot, banting aja ... eh ... ganti aja CD/DVD drive anda dengan yg baru (atau cek lagi lensa, laser dan motor drive-nya).

Semoga bermanfaat.

------------- 

Referensi :

http://en.wikipedia.org/wiki/Programmed_input/output
http://en.wikipedia.org/wiki/Direct_memory_access
http://en.wikipedia.org/wiki/Cyclic_redundancy_check
http://www.microsoft.com/whdc/device/storage/IDE-DMA.mspx 

Sunday, May 25, 2008

Dugem Malam Minggu

 

Semua berawal dari SMS bang Opik malam sabtu kemarin. Anak-anak kos pada diajakin main badminton, termasuk gw. Dengan semangat gw langsung bilang iya, soalnya sudah hampir 3 bulan nggak pernah main badminton gara-gara sibuk dengan pekerjaan. Toh gw nggak ada jadwal lain hari sabtu atau minggu. Lumayan kan buat ngebakar lemak di badan sekaligus menghilangkan stress bawaan dr kantor.

Sabtu, jam 5 sore, gw dan anak-anak berangkat ke GOR di pondok bambu. Biasanya dulu kami main badminton tiap malam jumat jam 8 malam. Tapi sejak sibuk dengan kegiatan masing-masing, kegiatan mingguan ini jadi terbengkalai, belum lagi ada sebagian teman yg pindah kos. Makanya, waktu bisa kumpul bareng dengan teman-teman rasanya asik juga. Apalagi pas sudah main badminton, nggak cuman tangan atau kaki yg capek, tp perut juga, soalnya banyak ketawanya. Di bandingkan orang lain yg main di GOR itu, jelas banget kalo kita yg paling cupu. Salah sendiri, malam minggu bukannya pacaran, kita malah main badminton .. Hehehe ...

Pulang dari main badminton jam 9 malam, bang Opik ngajakin nonton di Blitz Megaplex Grand Indonesia. Katanya ada film Indiana Jones yg baru. Sebenarnya gw masih cape, tp gw kepingin ikutan juga. Kapan lagi soalnya bisa kumpul-kumpul bareng kayak gini. Jam setengah 10 kita cabut. Begitu sampe, ternyata filmnya diputar jam 10.45 malam, jd harus nunggu dulu. Itupun karcisnya udah hampir habis dan kita dapet bangku deretan depan.

Karena jarang banget dugem, gw suka terbengong-bengong ngeliat cewek-cewek yg berseliweran di Grand Indonesia ini. Buset dah dandanannya. Gimana angka pemerkosaan di Indonesia mau turun kalo cewek-ceweknya pake dandanan kayak gitu ? Tapi udahlah. "Nikmati aja pemandangannya", kata temen gw. Iya juga sih. Kapan lagi ? Iya nggak emoticon ?

Jam 10.45 film diputar. Film Indiana Jonesnya lumayan menghibur menurut gw, walaupun nggak terlalu bagus-bagus amat. Jam 1, minggu dini hari, film selesai, dan kita pun cabut ke Mc'D Sarinah buat makan. Jam setengah 3, kita pun balik ke kos. Begitu nyentuh kasur, nggak sampe semenit gw udah ketiduran saking capeknya.

well .... this was not a bad weekend afterall. 

Monday, May 19, 2008

30 Days of Night

Salah satu film horor tentang vampire yg terbaik yg pernah gw tonton. Anda nggak akan melihat sepasang gigi taring, salib atau bawang putih di film ini, melainkan gerombolan vampire brutal, dengan sederet gigi gergaji dan mulut penuh darah, mengobrak-abrik dan membantai penduduk satu kota. Dan yg jelas nggak ada jagoan kayak Blade atau Van Helsing di film ini emoticon.

 

------- Spoiler Starts ------- 

Alur ceritanya cukup simpel. Barrow, sebuah kota kecil di utara Alaska, sedang bersiap menyambut periode terdingin pada tiap musim dingin, di mana matahari tidak bersinar selama 30 hari di kota tersebut. Sejumlah penduduk yg tidak ingin menghabiskan hari-harinya dalam kebekuan musim dingin dan tanpa sinar matahari, bersiap-siap berimigrasi ke kota terdekat di daerah selatan. Sebagian lagi (umumnya sheriff dan petugas lainnya) tinggal dan berjaga-jaga di kota tersebut.

 

Entah dari mana datangnya, gerombolan vampire merangsek ke kota tersebut pada malam pertama dan melumpuhkan berbagai fasilitas vital di kota, seperti telepon dan listrik. Karena matahari tidak bersinar  selama sebulan, mereka pun bebas beraksi kapan saja. Vampire-vampire ini kemudian mulai membantai setiap penduduk kota, masuk ke tiap rumah, dan menghabisi tiap orang yg ditemuinya. Pembantaian ini hanya menyisakan segelintir penduduk, terdiri dari Eben (Sheriff), Stella (Istri Eben), Jake (adik Eben) dan beberapa penduduk lain, yg memilih bersembunyi di langit-langit sebuah rumah yg ditinggal pemiliknya. Berhasilkah mereka melewati 30 hari di tengah kegelapan dan teror para vampire tersebut ?

------- Spoiler Ends --------- 

Vampire di film ini berbeda dengan vampire pada film-film lainnya. Tidak dijelaskan dari mana datangnya gerombolan vampire ini atau nama tiap vampire-nya. Salah satu vampire yg tampaknya menjadi pimpinan gerombolan berbicara dalam bahasa kuno (rumania ?), sedangkan vampire lainnya hanya bisa mengeluarkan suara-suara yg lumayan bikin bulu kuduk merinding. Ketidakjelasan ini malah menambah nuansa misteri dan yg jelas, filmnya jadi tambah seram (hal yg jarang dirasakan pada film-film vampire di era tahun 90an-2000an).

 

Nggak terlalu banyak visual effect di film ini, kebanyakan adegan diambil ditengah kegelapan malam dan hembusan angin bersalju, namun (sekali lagi) justru ini yg bikin penonton tambah merinding. Aksi para vampire ketika membantai penduduk luar biasa brutal. Ada bagian-bagian di film ini yg bikin gw benar-benar menahan nafas, yaitu ketika kamera menyorot dari atas kegelapan kota, di mana vampire menghabisi tiap penduduk kota yg ada, atau ketika vampire menggunakan seorang penduduk kota sebagai umpan untuk memancing penduduk lain keluar dr persembunyiannya (akhirnya si wanita malang itu dihabisi beramai-ramai).

Sound effect/track film ini jg patut diacungi jempol. Nuansanya benar-benar mistis, gelap, gore, dll, pokoknya atmosfernya terasa banget bedanya, mulai dari awal sampai akhir film. Apalagi ketika para penduduk yg selamat mengendap-endap menghindari para vampire, sound effectnya asli bikin gw deg-degan. Apalagi nontonnya sendirian terus gelap-gelapan di kamar pas malam.

Tp yg paling gw suka sih di film ini adalah : nggak ada salib dan bawang putih !!

------------- 

Story : 8, Visual : 9, Sound : 9.5 emoticon, Cast : 7