Pages

Tuesday, December 30, 2014

Meteo #15 - Mengenal Cumulonimbus dan Awan-awan yang Berbahaya dalam Penerbangan

Cumulonimbus atau Cb, adalah salah satu awan vertikal yang dapat tumbuh menjulang hingga ketinggian 60 ribu kaki (18 km lebih), dan terbentuk karena beberapa sebab, namun yang paling umum adalah proses konveksi akibat pemanasan permukaan bumi oleh radiasi matahari dan kondisi atmosfer yang tidak stabil. Cumulonimbus sangat mudah terbentuk di daerah tropis karena proses konveksi di wilayah ini sangat kuat, dan dari awan inilah 'lahir' berbagai fenomena cuaca esktrem seperti badai tropis (typhoon/topan), badai petir (thunderstorm), hujan es (hail storm), tornado sampai angin puting beliung yang beberapa waktu lalu terjadi di Bandung.
Awan Cb mudah dikenali dari penampilannya yang memang beda dari yang lain, umumnya dengan dasar awan landai, 'tiang' awan menjulang dan puncak yang berbentuk seperti landasan atau alas untuk menempa logam.
1419819227649357053
Awan Cumulonimbus di atas Filipina
Awan ini sangat berbahaya bagi penerbangan karena beberapa hal. Yang pertama adalah proses vertical draft atau gerakan vertikal udara yang terjadi dalam awan. Gerakan vertikal ini dapat naik (updraft) atau turun (downdraft), dan proses ini sebenarnya lazim terjadi dalam awan. Bumping yang terjadi pada saat pesawat yang kita tumpangi masuk ke dalam awan juga disebabkan oleh vertical draft. Pada awan Cb, proses ini jauh lebih kuat, dan turbulensi yang dihasilkannya dapat menghempaskan pesawat yang terjebak di dalamnya. Faktor lain yang membahayakan adalah partikel es awan Cb yang dapat membekukan bagian-bagian pesawat, termasuk mesin. Dan karena partikel-partikel es ini juga, awan Cb adalah salah satu jenis awan yang paling sering menghasilkan petir yang dapat mengacaukan sistem kelistrikan dan navigasi pesawat.
1419820123788865533
Proses konveksi dan vertical draft dalam awan Cb 
(courtesy of http://research.metoffice.gov.uk)
Karena puncak awan Cb dapat mencapai 60 ribu kaki, pilot umumnya akan memilih menghindari awan ini ke arah samping (pesawat jet umumnya terbang pada ketinggian 30-40 ribu kaki, atau sekitar 9 - 12 km).
Jenis awan lain yang berbahaya bagi penerbangan (khususnya di Indonesia) adalah awan Lenticular, dinamai demikian karena bentuknya yang mirip dengan lensa. Berbeda dengan Cb, awan Lenticular ini terbentuk akibat aliran udara yang melewati penghalang, misalnya pegunungan, yang menyebabkan terjadinya pusaran (eddie) yang membentuk awan ini. Awan Lenticular mudah dikenali dari bentuknya yang seperti piring terbang (UFO), dan biasanya bisa kita amati di sekitar Gunung Salak di Bogor/Sukabumi.
1419821183144534128
Awan Lenticular di Gunung Salak (Courtesy of id.wikipedia.org)
Awan Lenticular dapat menyebabkan turbulensi yang kuat bagi pesawat-pesawat yang terbang dekat dengan puncak pegunungan dan uniknya, umumnya awan ini justru digemari oleh pecinta Glider karena daya angkatnya yang kuat.
Selain awan, terdapat juga beberapa fenomena atmosfer yang umumnya tidak terlihat mencolok, tapi sangat berbahaya bagi penerbangan, misalnya Virga. Virga adalah presipitasi atau hujan yang tidak sampai permukaan karena menguap di atmosfer.
14198226702051630025
Virga (courtesy of de.wikipedia.org)
Pada saat partikel air/es yang jatuh dari awan menguap, panas yang diserap proses tersebut akan menyebabkan temperatur udara di sekitarnya turun drastis dan lebih berat, sehingga menghasilkan downdraft yang sangat kuat (microburst), yang berpotensi menghasilkan turbulensi ekstrem pada pesawat yang melintas di bawahnya. Walaupun biasanya jarang teramati dari bawah (permukaan bumi), Virga bisa terlihat pada saat penerbangan, dengan bentuk seperti tirai yang menjuntai dari awan.

Thursday, December 4, 2014

Meteo #14 - Siklon Tropis, Monster yang Tak Pernah Mau Singgah ke Indonesia

14176093081101344617
Menurut laporan cuaca terkini, Siklon Tropis yang diberi nama 'Hagupit' terdeteksi sedang bergerak menuju Filipina, negara tetangga kita yang setahun lalu porak poranda oleh 'Haiyan', yang konon merupakan salah satu siklon tropis terkuat yang pernah tercatat dalam sejarah.
Lalu apakah siklon tropis ini bakalan nyelonong ke Indonesia ? (anda mungkin sudah tahu jawabannya dari judul tulisan ini).
Siklon tropis merupakan fenomena cuaca yang merupakan produk akhir dari pusat tekanan rendah di perairan tropis ditambah efek Coriolis karena rotasi Bumi. Kenapa di perairan tropis ? Karena penguapan akibat radiasi matahari paling tinggi adanya di wilayah tropis, dan air adalah bahan bakar utama dari siklon itu sendiri. Ketika udara disekitarnya tertarik ke arah pusat tekanan rendah, pusaran mulai terjadi akibat efek Coriolis. Efek coriolis terjadi ketika suatu objek bergerak lurus dari satu titik ke titik lain, pada bidang yang berputar. Dalam kasus siklon, objek tersebut adalah aliran udara, sementara bidangnya adalah Bumi yang berotasi. Akibatnya, pergerakan  tadi tidak akan lurus tetapi berbelok, membentuk pusaran. Ketika kecepatan angin yang dihasilkannya sudah melewati 70 mil per jam, pusaran ini 'resmi' disebut sebagai Siklon Tropis, atau Hurricane (di daerah Atlantik/Pasifik Timur) atau Typhoon (di daerah Pasifik Barat). Orang Indonesia sendiri lebih sering menyebutnya Topan. Dan bak monster, kehancuran terjadi di daerah-daerah yang dilaluinya akibat hujan lebat, angin kencang dan ombak tinggi yang dibawa si topan ini.

Efek Coriolis yang menyebabkan pusaran siklon tropis memiliki pengaruh dominan di lintang 5 derajat - 30 derajat. Karena bahan bakarnya adalah air, maka siklon tropis umumnya akan melemah ketika memasuki daratan. Filipina, negara tetangga kita, sering jadi bulan-bulanan Siklon Tropis tidak hanya karena posisinya yang berada di daerah dengan pengaruh efek Coriolis yang dominan, tapi juga karena kondisi geografisnya sebagai negara kepulauan. Berbeda dengan daratan yang airnya relatif sedikit, wilayah kepulauan memiliki cukup air (dari lautan dangkal yang mengelilinginya) sebagai bahan bakar siklon tropis.
Bagaimana dengan Indonesia ? Walaupun juga merupakan negara kepulauan, efek Coriolis di daerah khatulistiwa (lintang 0-5 derajat) sangat kecil, sehingga siklon tropis praktis tidak pernah terjadi di Indonesia. Walaupun tidak pernah mengalami siklon tropis, Indonesia masih tetap terkena pengaruh siklon yang wara-wiri di sekitarnya. Biasanya kalau ada siklon di sekitar Filipina, cuaca di sekitar Kalimantan dan pulau-pulau lain di utara Indonesia juga ikut memburuk, tentunya dengan skala yang jauh lebih kecil dibandingkan daerah yang dilalui siklon.
Sebagai penutup, berikut adalah citra jalur siklon tropis di dunia yang terekam sejak tahun 1945 - 2006 oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), USA.


1417610339280192437
Tropical Cyclone Tracks 1945-2006 (Courtesy of NOAA)


Jadi ... masih adakah yang tidak bersyukur tinggal di Indonesia ?

Tuesday, December 2, 2014

Meteo #13 - MJO, Ketika Cuaca Basah dan Kering Datang Beriringan


Minggu pagi, 30 November 2014, ada yang berbeda dengan langit Jakarta. Cuaca pagi hari yang biasanya cerah kini berganti suram. Awan mendung menggantung, disertai hembusan angin yang cukup kencang dari barat, sudah cukup untuk menahan saya beranjak dari kasur untuk jogging pagi di car-free-day. Tiris, kalau orang Sunda bilang.
Setengah ngantuk, saya berpikir. Sudah masuk musim hujankah ini ?
Tapi ini kan masih akhir November. Saya mungkin bukan pakar cuaca, tapi menurut pengalaman, kondisi seperti pagi ini biasanya baru akan terjadi menjelang akhir Desember atau awal Januari. Setelah tengok data cuaca di sana-sini, benar dugaan saya. Kondisi cuaca hari ini bukan dikarenakan musim hujan, tetapi MJO.
Lalu apakah itu MJO ? Dan bagaimana pengaruhnya terhadap cuaca di Indonesia ? Untuk memahami konsep MJO, mari kita ulas dahulu musim di Indonesia.
Apabila diibaratkan, musim di Indonesia itu laksana gelombang yang memiliki siklus, di mana musim hujan yang terjadi akan selalu diikuti oleh musim kemarau. Siklus ini berulang setiap tahun dan waktu terjadinya bisa bervariasi tergantung lokasi geografis. Untuk wilayah Jakarta dan Jawa bagian barat misalnya, musim hujan akan terjadi pada akhir dan awal tahun, sementara musim kemarau terjadi pada pertengahan tahun, begitu seterusnya. Saya yakin para pembaca sudah mafhum akan hal ini.


Seperti halnya musim, MJO atau Madden-Julian Oscillation juga bisa diibaratkan seperti gelombang, atau lebih tepatnya : gelombang yang merambat. Berbeda dengan musim, siklus MJO ini tidak terjadi setahun sekali, tapi setiap 30-90 hari dan bergerak dalam bentuk anomali konvektif yang mengelilingi Bumi dari barat ke timur. Karena proses pembentukan awan dan hujan di wilayah tropis sangat dipengaruhi oleh proses konvektif (akibat pemanasan bumi oleh radiasi matahari), maka otomatis MJO sangat berpengaruh terhadap cuaca di Indonesia. Pada saat MJO melintas, daerah yang dilaluinya akan mengalami apa yang disebut sebagai periode basah, yang kemudian diikuti periode kering. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah :

14174295421724403058
Proses perambatan MJO di Indonesia (Courtesy of NOAA)

Pada saat periode basah terjadi, perawanan (tolong dibaca : per-awanan) meningkat secara signifikan, mendung terjadi sepanjang hari, dan terkadang diikuti oleh hujan ringan hingga lebat dan angin kencang dari barat. Periode basah ini biasanya terjadi selama 5 - 15 hari, lalu datanglah periode kering. Sesuai namanya, pada periode kering awan lebih sukar terbentuk (bahasa kerennya, convectively suppressed), dan sebagaimana kita tahu, bila tidak ada awan, tentunya tak akan ada hujan. Karena siklusnya yang jauh lebih singkat dibanding musim, MJO biasa disebut sebagai variasi intraseasonal atau variasi musim di dalam musim itu sendiri. Fenomena ini sendiri baru ditemukan oleh Rolland Madden dan Paul Julian di awal tahun 70-an, yang dituliskan dalam jurnal ilmiah dengan judul “Detection of a 40-50 day oscillation in the zonal wind in the tropical Pacific”.
Secara matematis, MJO bisa dideteksi dan diprediksi dengan mengamati beberapa parameter fisis di atmosfer, misalnya Outgoing Longwave Radiation (OLR) dan komponen angin zonal (barat-laut). Parameter-parameter tersebut dapat diolah untuk menghasilkan suatu Indeks MJO, yang bisa digunakan untuk mendeteksi posisi dan kekuatan MJO yang terjadi, seperti gambar di bawah ini.





14174293702119727635
Real-time Multivariate MJO index (RMM), yang menunjukkan posisi dan kekuatan MJO (Courtesy of Bureau of Meteorology, Australia)

Gambar di atas adalah grafik indeks MJO yang dirilis oleh BOM (BMKG-nya Australia), yang menunjukkan ‘rute perjalanan’ MJO selama 40 hari terakhir, dengan data terbaru adalah tanggal 29 November (ujung kurva biru). Terlihat bahwa pada tanggal 29 November, MJO berada pada fase 4 yang notabene adalah benua maritim Indonesia bagian barat. Dalam kondisi ini, cuaca di wilayah Indonesia bagian barat umumnya akan mendung disertai hujan selama beberapa hari ke depan, lalu diikuti oleh cuaca kering beberapa hari berikutnya.



1417429643436673681
Prediksi MJO untuk 15-hari ke depan (Courtesy of NOAA).



Gambar di atas menunjukkan prediksi MJO berdasarkan anomali OLR dalam 15 hari ke depan, dimulai dari tanggal 29 November 2014. Terlihat kondisi perawanan yang tinggi pada hari ke-1 sampai ke-5 di hampir seluruh wilayah Indonesia yang digambarkan dengan kurva biru (anomali negatif), pada saat inilah terjadi periode basah. Selanjutnya pada hari ke-6 sampai ke-15, terlihat bahwa perawanan bergeser ke timur (Samudera Pasifik), digantikan oleh periode kering dalam bentuk anomali OLR positif (kurva kuning), di mana awan sukar terbentuk di wilayah Indonesia.
Apakah prediksi ini akan benar terjadi ? Kita lihat saja dalam dua minggu ke depan. Yang penting sekarang, tidak perlu bingung kalau nanti di pertengahan Desember atau saat musim hujan, cuaca menjadi kering seperti kemarau, karena MJO adalah fenomena yang normal terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia.
Semoga bermanfaat.

Friday, August 29, 2014

Meteo #12 - Cara Menyimpan Nilai Variabel GrADS ke File Plain Binary

Pada tulisan sebelumnya, saya pernah menuliskan teknik menyimpan isi variabel GrADS ke dalam format ASCII/teks untuk keperluan analisis. Tulisan kali ini juga akan mencoba memaparkan teknik menyimpan isi variabel GrADS ke dalam format lain, kali ini ke format data plain binary.

Data binary untuk menyimpan data meteorologi sebenarnya lebih sederhana dibanding file ASCII, namun karena 'wujud' data di dalam file binary tidak bisa dilihat langsung seperti halnya ASCII, banyak orang enggan menggunakannya, kecuali ada aplikasi yang bisa membukanya, misalnya dengan GrADS atau ArcGIS. Padahal, file binary memiliki beberapa keunggulan dibanding file ASCII, terutama dalam hal ukuran dan keamanan data. Dengan informasi/data yang sama, file binary bisa hanya berukuran 1/8 dari file ASCII, sehingga memungkinkan penyimpanan data dalam bentuk spasial atau array.

Dalam contoh berikut kita akan mencoba menyimpan hasil crop dari data hujan per jam GSMaP NRT ke dalam file plain binary. Data binary ini bisa kembali digunakan pada GrADS atau dibuka dengan menggunakan aplikasi pemrograman seperti FORTRAN.

> reinit
> open ../nrt/GSMaP_NRT.hourly.rain.ctl
> set lon 90 150
> set lat -11 11
> d precip

Perintah di atas akan menampilkan data hujan GSMaP pada wilayah yang terletak antara lintang 11 LS-11 LU dan  90 BT-150 BT. Seperti pada gambar berikut :


Selanjutnya untuk menyimpan data hujan pada wilayah tersebut, tuliskan perintah berikut :

> set undef -99.0
> set fwrite -le -st -cl test.dat
> set gxout fwrite
> d precip
> disable fwrite

Penjelasannya :
  • Perintah set undef akan mendefinisikan nilai missing (tidak ada pengamatan) ke dalam nilai -99.0. Nilai ini sebenarnya bisa anda tentukan sendiri, atau diabaikan bila anda ingin menggunakan definisi default GrADS (-999000000). Tapi yang jelas, nilai ini harus anda ketahui, bila anda ingin membedakan mana data yang valid dengan data yang miss.
  • Perintah set fwrite mengatur jenis byte order (little endian/big endian), format binary (stream/sequential) dan penulisan data (append/replace). Pada contoh di atas GrADS akan mendefinisikan file keluaran dalam sistem Little Endian, format Stream dan Replace (menimpa/memperbaharui file yang sudah ada).
  • Perintah set gxout fwrite akan mengubah moda keluaran GrADS dari grafis kontur (default) ke file binary.
  • Perintah d precip akan menuliskan isi variabel/ekspresi precip ke dalam file binary test.dat.
  • Perintah disable fwrite akan menutup file test.dat. Perintah ini penting, karena file yang sudah ditulisi harus ditutup lagi, bila tidak, file tersebut tidak akan terekam.
File yang sudah dibuat tadi bisa kembali dibuka dengan menggunakan GrADS, namun anda perlu membuat file control (ctl) agar GrADS bisa 'mengerti' dimensi dari file data yang telah anda buat. Misalnya isinya seperti ini :

DSET   ^test.dat
TITLE  File hasil crop GrADS
UNDEF  -99.0
XDEF   602 LINEAR  90 0.1
YDEF   221  LINEAR -11 0.1
ZDEF     1 LEVELS 1013
TDEF   1 LINEAR 00Z29aug2014 1hr
VARS    1
precip    0  99   data crop hujan per jam (mm/hr)
ENDVARS

Simpan file, misalnya dengan nama test.ctl. Lalu coba buka kembali dengan GrADS.

> open test.ctl
> d precip

Hasilnya akan sama seperti gambar sebelumnya, hanya saja kini data yang tersimpan hanya dalam wilayah 11 LS-11 LU dan  90 BT-150 BT.



Selamat mencoba :)

Thursday, July 31, 2014

Gunpla #23 - RG Zaku II Review


My fifth RG as well as my first Zaku kit :-)

The idea of building Zaku actually came from nowhere. I just walked around a shopping mall to see some new kits, then I saw this guy. Well, I haven't bought any gunpla kits for more than 6 months, hence how about givin a try to this kit ?? Furthermore, I didn't have any Zakus in my collection. So, that's it. The green Zeon mobile suit box got into my room few hours later. I prefer the green Zaku over the red Char's custom Zaku, because I love grunt suits better.


I had almost no major problems building the Zaku, well, except for those springs for the leg cables. Somehow, they're too short to hold the pipe pieces, hence the cables sometime popped out while the legs were bent. Therefore, I glued the top two pipes on each ends of the cables and finally It solved the problem.



Aesthetically, this kit looks beautiful. The panel lines and color separation just perfect. The articulation was also quite good. I said 'quite good' because, while the hands and legs were able to do some great poses, the waist joint and skirts on the other hands were terrible. Sometimes they just fell or popped out the place. I also had small incident with the head. When I put the head for the first time, I felt the neck was too long and looked really different from the manual. Hence I push down the head stronger, and finally the click sound was heard and the head finally had correct neck length. I was scared that the head will be broken because of the force. Anyway, IMO, the best gimmick of this kit also came from the head. When the head turn left or right, the eye will also move to the direction. It's very cool.




This kit came with many accessories. You got Zaku machine gun, Zaku bazooka and a heat axe. Other than normal RG hands, you'll also get standard trigger hand and open hand. And of course, as any other RG kits, this Zaku had a large sheet of clear stickers. I had to admit, the stickers of RG Zaku were probably the best I've ever seen for an RG kit. The color of stickers just blend perfectly with the kit :-)



Final thoughts, this was a great RG kit. The articulation was quite good, great gimmicks, lots of accessories and nice decals. Just be careful with those legs cable and you'll be OK :-)   

-------------

MS-06 Zaku II (Mass production type)

Pros :
  • Highly detailed kit with lots of panel lines
  • Lots of accessories and great clear stickers
  • Nice head visor gimmicks
Cons :
  • Poor articulated waist and fragile skirts
  • Spring cables on both legs tends to pop out easily
  • The head need to be pushed forcefully to get proper neck length, hence vulnerable to be broken if you're not careful.

Wednesday, July 30, 2014

Meteo #11 - Cara Mengatasi GXSTRT Error pada OpenGrADS di Windows

Sebelumnya, mumpung masih dalam suasana lebaran, saya ingin mengucapkan Minal Aidin wal Faidzin. Mungkin pada tulisan-tulisan sebelumnya ada kata-kata yang salah atau menyinggung perasaan pembaca, mohon saya dimaafkan. Maklum, saya juga manusia yang masih terus belajar dari kesalahan :-)

Bila pada tulisan-tulisan sebelumnya saya lebih banyak mengulas teknik atau tips dalam menggunakan GrADS. Kali ini saya ingin sharing sedikit tentang troubleshooting, khususnya untuk OpenGrADS. Sekilas info bagi yang belum pernah menggunakan aplikasi ini, OpenGrADS, sesuai namanya adalah versi GrADS yang open-source. Ciri khas lainnya yang mungkin lebih menggoda : OpenGrADS bisa dijalankan di Windows (Selamat buat para Linux haters ^^). Walaupun bisa dijalankan di Windows, OpenGrADS pada dasarnya tetap membutuhkan lingkungan Linux, sehingga instalasi aplikasi ini di Windows umumnya dibarengi oleh emulator Linux seperti Cygwin dan X-ming server. Sehingga, tak jarang terjadi masalah ketika aplikasi ini dijalankan.

Masalah yang akan dibahas kali ini adalah kesalahan GXSTRT, ketika OpenGrADS tidak mau membuka jendela display pada saat mulai dijalankan. Kesalahan ini tidak terjadi ketika OpenGrADS dijalankan pada batch mode (opsi -b). Lucunya lagi, kesalahan ini terjadi pada OpenGrADS versi 2.0.1 ke atas. Saya sudah mencoba versi yang lebih rendah dan tidak menemukan kesalahan ini. Tiap kali saya memperbaharui OpenGrADS ke versi terbaru, kesalahan ini selalu terjadi.

Kurang lebih tampilan kesalahannya seperti di bawah:


Selidik punya selidik, kesalahan ini tidak terjadi ketika PC terhubung ke internet atau LAN. Jadi kesimpulan sementara, kesalahan ini disebabkan karena X-ming server membutuhkan jaringan untuk dapat menampilkan jendela display. Kenapa bisa begitu, saya juga belum paham, karena pada versi sebelumnya tidak pernah ada masalah seperti ini.

Solusinya ? Sudah jelas, anda harus terhubung ke jaringan. Nah kalo PC anda stand alone dan tidak ada jaringan yang bisa dihubungkan dengan PC ? Bikin aja jaringannya. Nggak mesti harus fisik, tetapi bisa virtual.

Bagi anda yang sudah menginstalasi VMware, selamat. Sejak pertama diinstalasi, VMware akan membuat jaringan virtual pada PC, sehingga kesalahan GXSTRT ini tidak akan terjadi. Untuk yang tidak menginstall VMware, anda juga bisa tetap mengakali si X-ming server ini dengan menginstall Microsoft Loopback Adapter. Caranya sebagai berikut :

  • Masuk ke Device Manager. Caranya klik Start. Lalu klik kanan Computer dan pilih Properties. Ketika jendela info komputer terbuka, perhatikan panel sebelah kiri, dan klik Device Manager.

  • Klik PC anda. Lalu pada menu pilih Action - Add legacy hardware.

  • Pada wizard, pilih "Install the hardware that I manually select from a list (Advanced)".
  • Pada daftar pilih "Network Adapter" dan klik Next. Tunggu sampai Windows memuat semua device network adapter.

  • Pada daftar "Manufacturer", pilih "Microsoft". Lalu pada daftar Network Adapter, pilih "Microsoft Loopback Adapter". Lalu klik Next. Tunggu sampai proses instalasi selesai.
  • Jalankan kembali OpenGrADS, dan kali ini jendela display akan bisa ditampilkan.

Selamat mencoba.

Tuesday, June 24, 2014

Gunpla #22 - MG Blitz Gundam Review

Finally, The Blitz, the original black Gundam of Gundam SEED and my fourth master grade kit. Believe it or not, I spent almost one year to finish this guy. I finished building it in August 2013, anyway I was occupied with my job hence I felt too lazy to complete linings and decaling on Blitz. However, I could complete it finally, after I watched Mobile Suit Unicorn eps.7. Let's say, Banshee Gundam on the OVA inspired me to complete the Blitz.


And .. here we got the Blitz. This mobile suit was probably the 'sexiest' of all GAT-X brothers. Piloted by Nicole Almafi of ZAFT, the Blitz was intended to be the stealth master of all mobile suits. Using its Mirage colloid stealth system, this thing could penetrate any enemy bases without any traces detected. Mostly utilized short range weaponry, the Blitz was the complete opposite of its brother unit, Buster, which specialized on long range attacks. 


Back to the kit, I could say, I'm happy with the builds. The color scheme is just perfect. The combination of black, red, yellow, purple and white were great to emphasize the stealth theme of Blitz. And of course, because of it's almost black, I have no any difficulties to the linings. And I have to mention about the eyes of Blitz, the blue eyes looks evil and menacing. I like it. The joints were strong and tight, hence the articulation was also good. You got 'small' gimmicks for the shoulder which depicts the stealth mode of Blitz.  The dry transfer decals were fine, but sadly, the clear stickers were terrible, hence I decide to use mostly on decals than stickers. 


For accessories, you got a very big Trikeros shield, a beam saber (with two beam blades), three lancer darts, and the infamous Gleipnir grappling 'claw'. The weapon set was just unique, while other mobile suits use shield on the left and the main weapons on the right, Blitz utilized the opposite system. Anyway, I honestly could say, I'm not a big fan of the weapons. Seriously, why use lancer darts in battles while you could guns, laser or beam weapons ? If you watched SEED, you will understand what I said when Blitz was destroyed by Strike. Anyway, my favorite thing about the Blitz's weapons was the claw, obviously. It's so cool !


My final thoughts about the Blitz, as well as any other remastered of SEEDs MG kits, this is a very very good kit. The color scheme is nice, the accessories are just cool and the articulation just fine. The most annoying thing was a piece of top chest armor which looks fragile and keeps falling down. But, anyway, Blitz still one of my favorite suits on Gundam SEED.






------------

GAT-X207 Blitz Gundam

Pros :
  • Unique color scheme, especially when you like black mobile suits.
  • Cool weapons system
  • Stiff joints and good articulation
Cons :
  • Some parts look fragile and keep falling down, especially the top chest armor.
  • The peg connector of trikeros cable was quite weak to support the weight of the claw.
  • Lancert darts were not tightly placed under the shields, thus tend to fall whenever on of them was pulled out.

Friday, June 20, 2014

Meteo #10 - Cara Menjalankan Model WRF-EMS (Part 2 - Mastering Your Domains)

Setelah kita sukses melakukan instalasi model dan mengatur zona waktu sistem sesuai dengan waktu yang benar, maka tiba saatnya untuk masuk ke dunia modeling yang sebenarnya.

Pada dasarnya, menjalankan WRF-EMS sangat mudah. Bila diringkas, kurang lebih ada empat langkah utama untuk menjalankan model ini, yaitu :
  1. Membuat domain model
  2. Melakukan persiapan dan inisiasi data model
  3. Menjalankan simulasi model
  4. Memproses data keluaran model
Tentunya, langkah-langkah di atas masih bisa dijabarkan ke dalam langkah/proses yang lebih detil. Tapi intinya, untuk menjalankan model (secara default), keempat langkah di atas sudah lebih dari cukup.

Kita mulai dari langkah pertama, yaitu membuat domain model. Apa sih yang dimaksud dengan domain ?

Singkat cerita, Domain adalah daerah tempat simulasi model dijalankan. Misalnya, anda ingin melakukan prediksi untuk daerah Jawa, maka setidaknya anda harus membuat domain yang mencakup daerah Jawa. Bila anda ingin melakukan prediksi wilayah Riau, ya buatlah domain yang mencakup daerah Riau dan seterusnya. 

Domain yang dibuat dapat berdiri sendiri, misalnya domain 1 untuk Jawa saja atau domain 2 untuk Sumatera saja ... ATAU ... dibuat sebagai bagian domain lain. Misalnya domain 1 untuk seluruh Indonesia, lalu domain 2 mencakup Jawa (bagian dari domain 1), lalu domain 3 mencakup daerah Jabodetabek (bagian dari domain 2). Proses pembagian domain yang satu ke dalam domain lain inilah yang disebut sebagai Nesting. Dalam nesting, umumnya akan ada (minimal) satu domain yang menjadi domain induk (parent) dan satu atau lebih domain anak (child). Dalam contoh sebelumnya, Domain 1 (Indonesia) akan menjadi induk, sedangkan Domain 2 (Jawa) menjadi anaknya. Selanjutnya, Domain 2 ini akan menjadi domain induk dari Domain 3 (Jabodetabek). Untuk jelasnya, perhatikan gambar berikut :


Pada gambar di atas, saya membuat 4 domain untuk simulasi model. Domain 1 mencakup seluruh Indonesia. Lalu ada dua domain anak untuk domain 1, yaitu Domain 2 yang mencakup daerah Jawa dan Domain 3 yang mencakup daerah Riau. Domain 2 sendiri adalah domain induk untuk domain 4 yang mencakup daerah Jawa Barat.

Pertanyaannya sekarang, apa perlunya menggunakan nesting domain ?

Dengan menggunakan nesting, anda bisa menjalankan simulasi model untuk tiap domain secara bersamaan sebagai suatu kesatuan sistem. Artinya, anda hanya satu perlu satu set data yang bisa dipakai bersama-sama oleh tiap domain. Pada contoh di atas, data yang dipakai pada Domain 1 (Indonesia) bisa dipakai untuk daerah Jawa (Domain 2), Riau (Domain 3) ataupun Jawa Barat (Domain 4). Bila nesting tidak digunakan, maka tiap domain akan membutuhkan data untuk masing-masing domain, Domain 2 butuh data untuk daerah Jawa, tidak bisa menggunakan data untuk domain 3 (Riau). Tentunya ini akan sangat memboroskan waktu dan tenaga, apalagi kalau koneksi internet anda amburadul (ingat, data model diunduh dari internet).

Kelebihan lainnya, nesting memungkinkan simulasi pada domain anak dengan resolusi tinggi dengan resource sistem yang lebih sedikit dibandingkan simulasi pada domain tunggal dengan resolusi yang sama. Artinya, dengan spesifikasi sistem (memori/CPU) yang terbatas, kita bisa menjalankan simulasi untuk domain dengan resolusi tinggi. Hal ini bisa dilakukan, karena domain anak hanyalah merupakan bagian kecil dari domain induk.

OK. Lalu bagaimana caranya membuat domain pada WRF-EMS ? 

Pertama, jalankan VMware, lalu jalankan CentOS (atau Linux tempat anda menginstall WRF-EMS) dan loginlah seperti biasa. Setelah login, jalankan terminal, dan ketikkan 'dwiz'. Ini adalah perintah untuk menjalankan Domain Wizard untuk membuat domain model.



Anda akan diberi pilihan untuk membuat domain baru atau membuka domain yang sudah pernah dibuat. Pilihlah 'Create New Domain' untuk membuat domain baru dan klik 'Continue'. Anda akan diminta untuk memasukkan nama dan deskripsi domain. Untuk nama domain, masukkanlah karakter seperti biasa, misalnya indonesia1. Huruf kapital dan spasi tidak berlaku, artinya nama domain hanya berupa 1 kata dalam huruf kecil. Untuk deskripsi domain, silakan masukkan kata/kalimat dengan karakter biasa (bebas) yang mendeskripsikan domain yang dibuat. Bila sudah, klik 'Continue'.


Jendala domain wizard akan terbuka. Anda akan disuguhi peta Bumi pada panel bagian kiri. Geserlah slider vertikal dan horizontal untuk menemukan peta Indonesia.


Langkah berikutnya, arahkan kursor ke peta dan drag untuk membuat domain daerah Indonesia. Perhatikan perubahan pada bagian Projection Options di panel kanan. Untuk Tipe Proyeksi, pilihlah Mercator. Sebagai catatan, WRF memiliki dua core, yaitu ARW dan NMM (baca postingan sebelumnya tentang instalasi WRF-EMS). Bila anda memilih core NMM, anda hanya bisa menggunakan tipe proyeksi Rot Lat Lon. Untuk ARW, anda bisa memilih tipe yang lain. Tulisan ini dibuat untuk core ARW, jadi (untuk sementara) pilihlah Mercator. Bila sudah, klik 'Update Map' pada bagian Actions di panel kiri bawah. Bila anda kurang yakin dengan daerah domain yang dibuat, klik 'Start Over', dan anda akan diminta memilih daerah domain lagi pada peta dan mengulangi langkah sebelumnya.


Begitu anda memilih Update Map, Domain Wizard akan meng-crop peta sesuai dengan daerah domain yang telah anda pilih. Setelah selesai, perhatikan bagian Grid Options di panel kanan, anda bisa melihat dimensi domain yang akan anda buat. Bagian yang paling penting di sini adalah Grid Points Distance (km), yang merupakan resolusi spasial dari domain model yang anda buat. Resolusi spasial ini akan mempengaruhi keakuratan, proses simulasi serta ukuran data keluaran model. Domain Wizard secara otomatis akan memilih resolusi yang sesuai dengan daerah yang anda pilih, termasuk resolusi data Geografis. Perlu diingat, resolusi domain dan resolusi data geografis adalah dua hal yang berbeda. Resolusi domain merupakan jarak antar grid point domain yang akan disimulasikan, sedangkan resolusi data geografis merupakan resolusi data geografis seperti data tutupan lahan, jenis tanah dan lain-lain, sebagai salah satu data masukan model. 



Anda bisa mengatur resolusi domain (Grid points distance) sesuai selera, dan domain wizard akan menyesuaikan daerah domain pada peta dan resolusi data geografis dengan pilihan anda, misalnya, menggunakan grid points 25 km (resolusi 25 km) untuk seluruh wilayah Indonesia. Anda juga bisa memilih resolusi data geografis sesuai selera, misalnya 10 menit (~18.5 km), 5 menit (~9.2 km), 2 menit (~3.7 km), atau 30 detik (~1 km). Yang perlu diperhatikan, semakin tinggi resolusi domain, maka waktu simulasi akan bertambah. Selain itu pilihlah resolusi data geografis yang sesuai dengan resolusi domain anda, misalnya resolusi domain anda 25 km, pilihlah resolusi data geografis 10 menit (~18.5 km), jangan timpang (misalnya 1 menit). Pada contoh ini, saya menggunakan resolusi 50 km pada domain yang saya buat. Tapi semua anda yang menentukan, dengan konsekuensi yang anda tanggung sendiri. You have the power ;-)

Oh iya, untuk data Land-use, anda bisa menggunakan data Modis sebagai alternatif untuk data USGS yang menjadi default model. Bedanya, data Modis menggunakan 20 kategori land-use bila dibandingkan dengan USGS yang menggunakan 24 kategori land-use. Untuk sementara, pakai yang default saja. Untuk data Danau resolusi tinggi (Hi-Def Lakes), tidak perlu dipilih.

Selanjutnya, bila anda ingin membuat nesting untuk domain anak, silakan baca paragraf ini. Bila tidak, silakan lanjut 2 paragraf setelah paragraf ini. Misalnya anda ingin membuat domain untuk daerah Jawa. Pada panel kanan atas, pilih Nests. Pada Nested Domain Properties, pilih Domain 1(ID 1), lalu klik New. Pada bagian Grid Spacing Ration to Parent, anda bisa memilih resolusi domain anak dengan perbandingan 1:3, 1:5 atau 1:7 dari domain induk. Artinya, bila domain induk memiliki resolusi 50 km, maka dengan perbandingan 1:5, domain anak akan memiliki resolusi 10 km. Resolusi data geografis akan disesuaikan berdasarkan resoluis domain. Pada contoh ini, saya menggunakan resolusi 10km (perbandingan 1:5) untuk domain anak (domain 2).


Setelah membuat domain 2, arahkan mouse ke tengah kotak daerah domain 2 (sampai kursor berubah menjadi bentuk tangan) dan drag ke daerah pulau Jawa. Seperti gambar di bawah :


Kembali ke bagian Domain, setelah yakin dengan pilihan anda, klik Next. Bila masih belum yakin dengan pengaturan resolusi, klik Reset Grid. Bila ingin mengulang proses pemilihan domain dari awal, pilih Start Over.

Langkah berikutnya adalah lokalisasi domain (bukan 'lokalisasi' yang lain ya). Caranya mudah, tinggal klik Localize Domain pada domain wizard. 


Lokalisasi domain kurang lebih bertujuan untuk melakukan crop pada data geografis global dari model, sesuai dengan domain yang telah anda buat. Masing-masing domain akan memiliki data geografis masing-masing sesuai dengan resolusi yang telah anda buat. Tunggulah sampai proses lokalisasi (geogrid) ini selesai, sampai tampilan berikut ini muncul :


Ketika proses lokalisasi sukses, maka bisa dikatakan pembuat domain telah berhasil. Anda bisa mengulangi proses (kalau diperlukan), atau melihat data geografis yang telah dilokalisasi tadi dengan melakukan klik pada 'Next'. 

Data geografis yang telah dilokalisasi tadi disimpan ke dalam data dengan format NetCDF. Anda bisa menampilkan data geografis tadi dengan meng-klik View in Panoply (and Google Earth). Anda juga bisa mengklik 'Exit' bila ingin keluar dari domain wizard.



Bila anda berhasil keluar dari domain wizard, maka domain anda telah berhasil dibuat. WRF-EMS akan membuat direktori baru sesuai dengan nama domain anda pada :

/<direktori instalasi WRF-EMS>/runs/<nama domain anda>

Pada kasus saya, direktori untuk domain indonesia1 di atas adalah :

/usr/wrfems/runs/indonesia1/

Bila dilihat isi direktorinya, maka isi direktori tersebut adalah sebagai berikut :


Untuk saat ini, tidak perlu pusing dengan berbagai sub-direktori dan file yang ada pada direktori runs tersebut, karena semuanya akan dijelaskan pada tulisan berikutnya tentang : mempersiapkan/inisiasi data model WRF-EMS :-)